Program Mekaar Diminati, PNM Tingkatkan Target 6 Juta Nasabah
PT Permodalan Nasional Madani meningkatkan target jumlah nasabah program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera atau Mekaar dari 4,5 juta menjadi 6 juta nasabah hingga akhir 2019. Perusahaan menambah dana hingga Rp 4 triliun untuk menjangkau keluarga prasejahtera agar bisa mengakses modal dan meningkatkan ekonomi.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
BUKITTINGGI, KOMPAS — PT Permodalan Nasional Madani meningkatkan target jumlah nasabah program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera atau Mekaar dari 4,5 juta menjadi 6 juta nasabah hingga akhir 2019. Perusahaan menambah dana hingga Rp 4 triliun untuk menjangkau keluarga-keluarga prasejahtera agar bisa mengakses modal dan meningkatkan ekonomi.
Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Arief Mulyadi mengatakan, hingga 17 Juli, jumlah nasabah program Mekaar mencapai 4,833 juta. Adapun target yang ditetapkan perusahaan pada awal tahun 4,5 juta nasabah. ”Karena sudah terlampaui, kami mengubah target program Mekaar menjadi 6 juta nasabah,” kata Arief di Bukittinggi, Sumatera Barat, Kamis (18/7/2019).
Program Mekaar merupakan program PT PNM yang memberikan layanan bagi perempuan prasejahtera yang tidak memiliki modal dan akses pembiayaan perbankan untuk membuka usaha dan mengembangkan usaha (Kompas, 21/3/2017). Plafon pembiayaannya Rp 2 juta hingga Rp 5 juta.
Dalam program Mekaar, PNM tidak sekadar pemberian modal, tetapi juga pendampingan. Dengan demikian, keberlangsungan usaha terjamin dan meminimalkan risiko kredit macet. Untuk 2019, angka kredit macet hanya 0,16 persen.
Bertambahnya target nasabah Mekaar itu, kata Arief, membuat PNM menyiapkan dana pembiayaan pada 2019 sebanyak Rp 4 triliun. Sementara realisasi penyaluran dana pembiayaan program Mekaar hingga Juni 2019 sekitar Rp 7,7 triliun.
”Hingga akhir 2019, total dana yang akan disalurkan untuk program Mekaar mencapai Rp 10 triliun,” ujarnya.
Menurut Arief, penambahan dana pembiayaan itu salah satunya dipenuhi PNM melalui penerbitan obligasi senilai Rp 2 triliun pada Oktober 2019.
Untuk jangka panjang, lanjut Arief, perusahaan menargetkan pertambahan nasabah hingga 2023 menjadi 10 juta nasabah. Rinciannya, 7,9 juta nasabah pada 2020, kemudian 8,9 juta pada 2021, sebanyak 9,5 juta tahun 2022, dan pada 2023 mencapai 10 juta nasabah.
Penambahan jumlah nasabah tersebut sejalan dengan keinginan pemerintah menjangkau lebih banyak keluarga prasejahtera mendapatkan pembiayaan usaha.
Penambahan jumlah nasabah tersebut sejalan dengan keinginan pemerintah menjangkau lebih banyak keluarga prasejahtera mendapatkan pembiayaan usaha. Saat ini, terdapat 22 juta keluarga prasejahtera di Indonesia.
”Target Mekaar adalah keluarga prasejahtera. Bantuan pembiayaan usaha diharapkan bisa meningkatkan taraf hidup mereka,” ujar Arief.
Yuharmonis (43), nasabah Mekaar di Kecamatan Akabiluru, Limapuluh Kota, Sumatera Barat, mengatakan terbantu dengan pembiayaan permodalan dari PNM. Dengan pinjaman modal Rp 2,5 juta pada Februari 2019, dia membudidayakan jamur tiram.
Menurut Yuharmonis, jumlah jamur yang ditanamnya kini sebanyak 2.000 media baglog. Setiap hari, jumlah panen 7-8 kilogram dengan harga jual Rp 20.000 per kilogram. Pendapatan kotornya sekitar Rp 150.000 per hari.
”Dengan modal harian sekitar Rp 50.000, artinya pendapatan bersih Rp 100.000 sehari. Kerjanya tidak ribet dan hanya memakan waktu dari pagi hingga siang,” kata Yuharmonis, yang juga ketua dari 15 anggota kluster jamur tiram nasabah PNM.
Ia menuturkan, tahun ini merupakan siklus keduanya mendapat pinjaman permodalan dari PNM. Sebelumnya, Yuharmonis menjadikan pinjaman dari PNM sebagai modal usaha konfeksi. Nilainya Rp 2,5 juta dengan angsuran Rp 62.000 per minggu sebanyak 50 kali.
Yuharmonis berharap, usaha yang digelutinya itu terus berkembang. Hingga akhir 2019, dia menargetkan jumlah jamur yang dibudidayakannya mencapai 10.000 baglog sehingga penghasilan bersih bisa mencapai Rp 500.000 per hari.