Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat dinilai penting dalam meningkatkan perekonomian di daerah. BPR dapat berkontribusi positif dalam memperluas akses permodalan di tengah masyarakat, terutama yang sulit dijangkau perbankan.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS - Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat dinilai penting dalam meningkatkan perekonomian di daerah. BPR dapat berkontribusi positif dalam memperluas akses permodalan di tengah masyarakat, terutama yang sulit dijangkau perbankan.
Direktur Utama Permodalan Nasional Madani (PNM) Ventura Syariah Andi Estetiono, Jumat (19/7/2019), mengatakan, keberadaan BPR sangat membantu pengusaha di daerah dalam akses permodalan. BPR lebih mudah dijangkau dan persyaratannya tidak terlalu rumit.
“Bagi sebagian masyarakat, mengakses permodalan langsung ke bank umum sulit karena persyaratannya lebih rigid atau kaku . Keberadaan BPR sangat membantu karena relatif lebih mudah diakses,” kata Andi.
Keberadaan BPR juga positif dalam membangun perekonomian masyarakat di daerah sekitarnya. Karena lokalitasnya, dana masyarakat yang dihimpun oleh BPR melalui tabungan dan deposito kembali disalurkan sebagai kredit ke masyarakat lain di sekitarnya.
Menurut Andi, BPR tidak seperti bank umum, yang dananya bisa mengalir ke daerah lain jika tidak tersalurkan dengan baik ke masyarakat sekitar.
Tujuh BPR
Andi melanjutkan, dalam beberapa tahun terakhir, PNM Ventura Syariah turut serta dalam membantu BPR dari segi permodalan. BPR yang umumnya dimiliki masyarakat secara individu atau kelompok masih sulit mendapat suntikan modal. Padahal, banyak masyarakat yang bisa dijangkau BPR dalam menyalurkan kredit.
Dulu ada 11 BPR yang mendapat suntikan modal. Namun, beberapa tahun terakhir jumlahnya berkurang karena kami fokus ke program Mekaar dan ULaMM. Ke depan, potensi BPR akan kami kembangkan kembali
Secara Nasional, ada tujuh BPR Syariah yang mendapatkan suntikan modal dari PNM, dua antaranya berada di Sumbar. BPR tersebut adalah BPRS Haji Miskin (Tanah Datar), BPRS Ampek Angkek Canduang (Agam), BPRS Patuh Beramal (Mataram), BPRS Daya Artha Mentari (Pasuruan), BPRS PNM Mentari (Garut), BPRS Rizky Barokah (Jakarta), dan BPRS Bandar Lampung (Bandar Lampung).
“Dulu ada 11 BPR yang mendapat suntikan modal. Namun, beberapa tahun terakhir jumlahnya berkurang karena kami fokus ke program Mekaar dan ULaMM. Ke depan, potensi BPR akan kami kembangkan kembali,” ujar Andi.
Rencana tersebut, kata Andi, diperkuat pula oleh dorongan dari pimpinan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumbar. PNM diharapkan ikut membantu BPR lainnya dengan suntikan modal, terutama di Sumbar. Sebagian besar dari 200 lebih BPR di Sumbar kesulitan memenuhi modal minimum sesuai ketentuan OJK.
Ditambahkan Andi, selain menyuntikkan modal, PNM memberikan modal nonfinansial kepada BPR. Bentuknya berupa bantuan manajemen, pelatihan, pendampingan, termasuk pendampingan dalam pengambilan kebijakan, prosedur operasi standar, dan sistem informasi dan teknologi. Tujuannya agar usaha BPR dikelola dengan baik.
Kinerja
Direktur Utama PT BPRS Haji Miskin Hendri Kamal mengatakan, sejak mendapatkan suntikan modal dari PNM pada 2008, kinerja BPR yang didirikan tahun 2006 itu melonjak signifikan. Sebelum bergabung dengan PNM, aset BPRS Haji Miskin hanya Rp 5 miliar. Per Juni 2019, asetnya bertambah menjadi Rp 48 miliar dan diperkirakan mencapai Rp 50 miliar di akhir tahun. Kepemilikan saham PNM di BPRS Haji Miskin mencapai 51,95 persen.
“Saat pertama kali didirikan, modal awal BPRS Haji Miskin Rp 1 miliar. Sejak mendapat suntikan modal dari PNM, kinerja perusahaan semakin baik. Modal inti kami sekarang mencapai Rp 7 miliar," kata Hendri.
Dari segi laba, kata Hendri, per Juni 2019, BPRS Haji Miskin membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp 953 juta. Laba bersih ditargetkan mencapai Rp 1,2 miliar hingga akhir tahun atau naik Rp 200 juta dibandingkan realisasi laba bersih akhir tahun 2018. Hendri pun mengklaim BPRS Haji Miskin berada di peringkat pertama dari sisi laba di antara BPRS yang ada di Sumbar.
Saat pertama kali didirikan, modal awal BPRS Haji Miskin Rp 1 miliar. Sejak mendapat suntikan modal dari PNM, kinerja perusahaan semakin baik. Modal inti kami sekarang mencapai Rp 7 miliar
Hendri melanjutkan, BPRS Haji Miskin per Juni 2019 telah menyalurkan pembiayaan Rp 42 miliar atau naik sebesar Rp 29 miliar dibandingkan periode serupa tahun 2018. Hingga akhir 2019, penyaluran pembiayaan mencapai Rp 44 miliar dari realisasi tahun 2018 sebesar Rp 35 miliar.
Adapun sektor pembiayaan paling banyak dibiayai BPRS Haji Miskin adalah perdagangan grosir sekitar 27 persen hingga 30 persen. Sementara, porsi untuk sektor jasa dan transportasi sebesar 12 persen, peternakan 4 persen, pertanian 4 persen, dan sisanya untuk pegawai dan karyawan.