BNI Salurkan Kredit Rp 33 Triliun, Tertinggi Diserap Korporasi Swasta
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk telah menyalurkan total kredit Rp 33 triliun pada sepanjang semester I-2019. Dari jumlah itu, Rp 7 triliun disalurkan pada triwulan I-2019 dan sisanya, Rp 26 triliun, disalurkan pada triwulan II dengan pertumbuhan tertinggi di sektor korporasi swasta.
“Penyaluran kredit dominan dilakukan pada triwulan II-2019 sehingga pengaruhnya menjadi kurang maksimal,” ujar Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo saat menyampaikan paparan kinerja keuangan BNI di Jakarta, Selasa (23/7/2019),
Anggoro merincikan, pertumbuhan kredit BNI didorong oleh pembiayaan pada korporasi yang mencapai 51,9 persen dari total portofolio kredit. Pembiayaan disalurkan pada sektor yang dinilai memiliki risiko relatif rendah, seperti sektor manufaktur, perdagangan, restoran dan hotel, serta jasa dunia usaha.
Hal tersebut, lanjut Anggoro, sejalan dengan strategi yang telah ditetapkan BNI untuk menjaga komposisi kredit korporasi di kisaran 50 persen hingga 55 persen dari total penyaluran kredit. Adapun pertumbuhan kredit korporasi swasta dan BUMN, masing-masing sebesar 27,8 persen dan 24,9 persen.
Kredit yang dialirkan pada segmen usaha mikro juga mencatatkan pertumbuhan mencapai 21,5 persen. Sementara untuk kredit segmen menengah tetap dijaga pertumbuhannya yang moderat yaitu sebesar 7,6 persen.
“Pada segmen konsumen, kredit tanpa agunan berbasis payroll masih menjadi kontributor utama pertumbuhan yaitu sebesar 12,8 persen. Sementara untuk kartu kredit mencatatkan pertumbuhannya 4 persen,” ujarnya.
Laba bersih yang dihimpun PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk pada paruh pertama 2019 secara drastis alami perlambatan dibandingkan dengan paruh pertama tahun lalu. Biaya bunga yang meningkat membebani capaian laba semester pertama tahun ini.
Sementara itu BNI mencatatkan laba bersih Rp 7,63 triliun sepanjang semester I-2019, atau tumbuh sebesar 2,7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Realisasi tersebut melambat dibanding pertumbuhan laba bersih semester I-2018 yang mencapai 16 persen, yaitu dari Rp 6,41 triliun pada semester I-2017 menjadi Rp 7,44 triliun.
Anggoro menilai, perlambatan tersebut utamanya disebabkan oleh meningkatnya beban bunga dan biaya dana BNI.
Pada semester I-2019 memang pendapatan bunga kotor BNI tumbuh 9,4 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, menjadi Rp 28,59 triliun. Padahal pertumbuhan beban bunga mencapai 26,2 persen, yakni menjadi Rp 10,98 triliun.
“Akibat beban bunga yang meningkat, pertumbuhan kredit yang deras di sepanjang paruh pertama 2019 jadi tidak berpengaruh signifikan pada pertumbuhan laba,” kata Anggoro.
Modal ventura
Anggoro menegaskan tahun ini perusahaan memprioritaskan rencana pembentukan anak usaha modal ventura. Ada dua opsi yang bakal ditempuh BNI, pertama dengan membeli perusahaan modal ventura atau mendirikan perusahaan modal ventura dari awal.
“Total anggaran yang disiapkan Rp 600 miliar sampai Rp 700 miliar untuk modal ventura. Pembentukan ditujukan sebagai syarat masuknya kepemilikan BNI pada saham PT Fintek Karya Nusantara sebagai operator LinkAja,” ujarnya.
Penyertaan modal terbagi dalam dua skema. Pertama melalui modal ventura, dan kedua BNI dan perusahaan BUMN lainnya diperkenankan untuk menyertakan modal tidak melalui modal ventura, melainkan lewat BNI Sekuritas.