Pemanfaatan penerbangan umum terus didorong untuk turut serta dalam pengembangan pariwisata di dalam negeri. Ketersediaan bandara dan armada dan juga banyaknya destinasi wisata yang membutuhkan transportasi udara membuat potensi tersebut terbuka lebar.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Pemanfaatan penerbangan umum terus didorong untuk turut serta dalam pengembangan pariwisata di dalam negeri. Ketersediaan bandara dan armada serta banyaknya destinasi wisata yang membutuhkan transportasi udara membuat potensi tersebut terbuka lebar.
Secara khusus penerbangan umum adalah penerbangan niaga yang tidak memiliki jadwal khusus, dan biasanya menggunakan pesawat berbadan kecil. Kabupaten Banyuwangi diharapkan dapat menjadi proyek percontohan untuk pengembangan wisata berbasis penerbangan umum.
Hal itu mengemuka dalam diskusi bertajuk ”Jurus Jitu General Aviation Mendukung Pariwisata Indonesia” di Banyuwangi, Jumat (26/7/2019). Diskusi tersebut digagas Angkasa Pura II dengan menggandeng Kementerian Pariwisata, Airnav, Kementerian Perhubungan, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, serta sejumlah pemerhati penerbangan lainnya.
”Kami mencatat, 70 persen orang datang ke Indonesia menggunakan pesawat, sedangkan 30 persen sisanya lewat laut. Sektor penerbangan sangat dekat dengan pariwisata sehingga potensi ini perlu terus dikembangkan,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Salah satu potensi jenis penerbangan yang dapat dikembangkan untuk mendukung pariwisata ialah penerbangan umum. Konsep ini meniru Maladewa yang menjadikan pesawat-pesawat sea-plane yang dapat mendarat di air sebagai alat transportasi jarak pendek.
Kami mencatat, 70 persen orang datang ke Indonesia menggunakan pesawat, sedangkan 30 persen sisanya lewat laut. Sektor penerbangan sangat dekat dengan pariwisata sehingga potensi ini perlu terus dikembangkan.
Penerbangan umum, lanjut Arief, dapat memanfaatkan pesawat-pesawat kecil dengan kapasitas maksimal 12 penumpang. Pesawat tersebut bukan milik maskapai komersial yang terbang secara berjadwal.
”Pariwisata yang berbasis penerbangan umum memang untuk segementasi kelas menengah atas. Semakin kecil kapasitasnya dan semakin pendek jarak yang dijelajahi, tentu harganya semakin mahal,” ujarnya.
Layak jadi percontohan
Arief menilai, Banyuwangi layak dijadikan proyek percontohan. Pasalnya, daerah yang pariwisatanya sedang berkembang tersebut sudah memiliki bandara dan memiliki sejumlah destinasi wisata yang masih tergolong susah diakses melalui jalur darat.
Jika uji coba di Banyuwangi berhasil, wisata berbasis penerbangan umum ini akan diterapkan di sejumlah destinasi wisata kepulauan. Beberapa daerah tersebut antara lain Wakatobi, Raja Ampat, Kepulauan Riau, Bintan, Batam dan Belitung.
Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan, Banyuwangi paling cocok untuk uji coba pengembangan wisata berbasis penerbangan umum karena kesiapan operator bandaranya. Terlebih Bandara Banyuwangi masih memiliki banyak slot penerbangan karena dalam sehari hanya ada lima hingga tujuh penerbangan.
”Bandara Banyuwangi juga sudah terbiasa dengan pesawat-pesawat berbadan kecil karena digunakan untuk sekolah pilot. Lokasi Banyuwangi juga dekat dengan Bali yang menjadi magnet pariwisata. Nantinya, penerbangan umum ini bisa melayani triangle tourism, Banyuwangi, Bali dan Lombok,” ucapnya.
Awaluddin mengatakan, penyediaan penerbangan umum membuka pola pikir baru dalam dunia penerbangan dan pariwisata. Wisatawan yang ingin menikmati penerbangan tidak harus memiliki pesawat, tetapi cukup dengan menyewa.
Namun, tentu saja wacana pariwisata berbasis penerbangan umum tidak dapat langsung diterapkan. Pasalnya, masih ada regulasi yang mengatur jenis pesawat, batasan keamanan, serta faktor fiskal dan pajak pengadaan pesawat untuk penerbangan umum yang masih cukup tinggi.
Bandara Banyuwangi juga sudah terbiasa dengan pesawat-pesawat berbadan kecil karena digunakan untuk sekolah pilot. Lokasi Banyuwangi juga dekat dengan Bali yang menjadi magnet pariwisata. Nantinya penerbangan umum ini bisa melayani triangle tourism, Banyuwangi, Bali, dan Lombok.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyambut baik rencana Angkasa Pura II dan Kementerian Pariwisata yang menjadikan Banyuwangi sebagai percontohan pariwisata berbasis penerbangan umum. Ia berharap kegiatan tersebut dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan kelas menengah atas ke Banyuwangi.
”Saat ini masih ada beberapa destinasi wisata yang masih sulit diakses melalui jalur darat, misalnya G Land. Penerbangan umum nantinya juga menawarkan cara baru menikmati tiga taman nasional, yaitu dengan melihat dari ketinggian,” tutur Anas.