PT Pertamina (Persero) berkomitmen menangani dampak kejadian tumpahan minyak di perairan Karawang, Jawa Barat. Isu kesehatan laut menjadi kepedulian Kementerian Kelautan dan Perikanan karena berkaitan dengan produktivitas perikanan dan menyangkut kepentingan pemangku kepentingan di sektor tersebut.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) berkomitmen menangani dampak kejadian tumpahan minyak di perairan Karawang, Jawa Barat. Isu kesehatan laut menjadi kepedulian Kementerian Kelautan dan Perikanan karena berkaitan dengan produktivitas perikanan dan menyangkut kepentingan para pemangku kepentingan di sektor tersebut.
”Pertamina berkomitmen melakukan penanganan sebaik-baiknya yang tidak menimbulkan kerugian pihak mana pun. Semua langkah, best effort at any cost, kami lakukan,” kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati di Jakarta, Kamis (1/8/2019).
Nicke menyampaikan hal itu dalam konferensi pers terkait penanganan tumpahan minyak di perairan Karawang. Konferensi pers dilakukan di Gedung Mina Bahari IV di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Insiden tumpahan minyak tersebut terjadi di anjungan YY pemboran sumur YYA-1 PHE ONWJ (Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java).
Nicke menyebutkan, dari kejadian pertama kali pada 12 Juli 2019 hingga saat ini, pihaknya terus berupaya sebaik mungkin menangani dampak tumpahan minyak dengan konsentrasi sejak di tengah laut.
”Kami berupaya menahan tumpahan minyak agar tidak sampai ke darat. Penanganan dilakukan sebanyak tujuh lapis untuk meminimalkan dampak terhadap masyarakat maupun lingkungan,” ujarnya.
Menurut Nicke, penanganan terkait ganti rugi dan lainnya terus dilakukan dengan prosedur dan tahapan yang terverifikasi.
”(Hal) Yang permanen adalah bagaimana kami mematikan sumur supaya kemudian tidak mengeluarkan lagi tumpahan minyak ataupun gas,” katanya.
Sejak Jumat, 26 Juli 2019, dari observasi, simulasi, dan foto udara, terlihat volume tumpahan itu turun cukup signifikan.
Selain program jangka pendek, lanjut Nicke, Pertamina juga memiliki program jangka panjang dan tanggung jawab untuk memulihkan lingkungan dari dampak tumpahan minyak itu.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu menambahkan, volume tumpahan minyak terus berkurang. Saat deklarasi keadaan darurat, berdasarkan pengamatan di lapangan, volume tumpahan diperkirakan sekitar 3.000 barel per hari.
”Tapi, sejak Jumat, 26 Juli 2019, dari observasi, simulasi, dan foto udara, terlihat (volume tumpahan) itu turun cukup signifikan,” kata Dharmawan.
Ia menyebutkan, ada alasan-alasan ilmiah di balik hal tersebut. ”Namun, izinkan kami menjelaskan dari foto spill boom yang boleh dikatakan cukup baik dalam meng-capture minyak yang tumpah ke lautan. Dan kami dapatkan angka sekitar 300 barel per hari,” ujarnya.
Optimal
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, pihaknya telah terbang berkeliling menggunakan helikopter untuk meninjau sepanjang pesisir hingga rig (instalasi pengeboran). ”Saya melihat penanganan sudah dicoba betul-betul optimal. Namun, kendala ada beberapa. Ke depan, mungkin kita harus punya stok oil boom lebih banyak,” tuturnya.
Menurut Susi, cairan tumpahan tidak akan sampai daratan apabila penanganan dilakukan lebih cepat dengan didukung peranti penahan atau pengurung tumpahan minyak yang lebih banyak.
Susi tidak menampik bahwa banyak faktor lain yang juga memengaruhi, seperti angin dan mobilisasi logistik yang tidak mudah. ”Dari pelajaran ini, memang sebaiknya dengan begitu banyak rig, Pertamina harus memiliki stok oil boom lebih banyak,” ujarnya.
Susi mengatakan, Pertamina sudah cukup responsif menangani tumpahan minyak di perairan Karawang. Namun, penanganan tumpahan minyak membutuhkan waktu panjang.
Menurut Susi, hal yang perlu diidentifikasi adalah arah sebaran tumpahan minyak. Selain itu, juga pendataan pemangku kepentingan, baik di perikanan tangkap, perikanan budidaya, maupun pesisir, yang terdampak tumpahan minyak.
”Hal ini untuk memastikan mereka juga terpulihkan kalau ada yang dirugikan. Memastikan juga kalau lingkungan kembali pulih,” ujar Susi.