Pekerja Pertamina Gelar Aksi Tuntut Pengelolaan LNG
Sekitar 500 pekerja yang tergabung dalam Serikat Pekerja Pertamina Patra Wijayakusuma atau SPPPWK PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap menggelar aksi "Jumat Berkabung" di Cilacap, Jawa Tengah. Para pekerja kecewa atas keputusan pemerintah yang memperpanjang kontrak pengelolaan Blok Migas Corridor di Sumatera Selatan kepada kontraktor eksisting, yaitu ConocoPhillips untuk 20 tahun ke depan mulai 2023.
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Sekitar 500 pekerja yang tergabung dalam Serikat Pekerja Pertamina Patra Wijayakusuma atau SPPPWK PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap menggelar aksi ”Jumat Berkabung” di Cilacap, Jawa Tengah. Para pekerja kecewa atas keputusan pemerintah yang memperpanjang kontrak pengelolaan Blok Migas Corridor di Sumatera Selatan kepada kontraktor eksisting, yaitu ConocoPhillips untuk 20 tahun ke depan mulai 2023. Mereka berharap gas alam cair atau LNG dikelola penuh negara.
”Efek perpanjangan ini, penguasaan di blok ini ConocoPhillips, itu asing lebih dari 50 persen bersama beberapa perusahaan lain, sehingga otomatis penguasaan migas khususnya pada blok ini menjadi tidak 100 persen oleh negara,” kata Ketua Umum SPPWK Titok Dalimunthe, Jumat (2/8/2019), di Cilacap.
Titok mengatakan, berdasarkan roadmap BUMN sektor energi, perlu adanya konsolidasi bisnis gas BUMN dalam rangka peningkatan pemanfaatan gas bumi domestik. Penggabungan bisnis PGN dan Pertamina pada RUPS Luar Biasa PGN terkait perubahan pemegang saham dari pemerintah menjadi PT Pertamina (Persero) 26 April 2018 menjadikan kepemilikan saham Pertamina atas PGN sebesar 56,96 persen dan 43,04 persen dimiliki oleh publik (pengusaha swasta/lokal/asing).
Efek perpanjangan ini, penguasaan di blok ini ConocoPhillips, itu asing lebih dari 50 persen bersama beberapa perusahaan lain, sehingga otomatis penguasaan migas khususnya pada blok ini menjadi tidak 100 persen oleh negara.
Sekretaris Jenderal SPPWK Dwi Jatmoko, dalam aksi damai tersebut, menyampaikan sejumlah tuntutan dari para pekerja Pertamina, yaitu pemerintah wajib mempertahankan proses bisnis LNG pada Pertamina yang keuntungannya 100 persen untuk kemakmuran rakyat karena saham 100 persen milik negara.
Tuntutan kedua, meminta pemerintah dalam hal ini Menteri ESDM untuk memastikan Pertamina dapat menyusun program kerja rencana bisnis LNG yang mendukung security of supply nasional baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk tetap menjaga kedaulatan energi nasional.
Para pekerja mendesak pemerintah untuk menghentikan segala upaya pengalihan proses bisnis LNG yang dilakukan melalui Holding Migas ke PGN. Sebab, hal itu menyebabkan potensi kerugian negara karena kepemilikan saham publik (pengusaha swasta/lokal/asing) di PGN sebesar 43,04 persen.
Selain itu, para pekerja juga meminta pemerintah membatalkan keputusan perpanjangan Kontrak Kerja Sama Wilayah Kerja Blok Corridor kepada ConocoPhillips dan selanjutnya memberikan 100 persen hak pengelolaannya kepada PT Pertamina. ”Tuntutan kelima, KPK segera melakukan audit investigasi atas keputusan Menteri ESDM tersebut,” kata Dwi.
Pada aksi tersebut, para pekerja melakukan pertunjukan teatrikal serta membawa spanduk yang bertuliskan ”Aksi Korporasi Bisnis LNG Jangan Lupakan PKB dan Regulasi! Suara Pekerja Musti Ditaati atau Operasi Kami Henti”, ”Masukan Pekerja Kau Lalaikan Suara Pekerja Kau Abaikan, Tanda Telah Kau Ikhlaskan Pekerja Turun ke Jalan”, dan ”New Ventures Bisnis LNG Kau Biarkan Pergi! Jangan Coba-coba Bisnis LNG Existing pun Kau Bawa Lari”.
Tidak akan menggadaikan
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar, saat berkunjung ke Cilacap pada Jumat (19/7/2019), menyampaikan, jajaran direksi dan pemerintah tidak akan menggadaikan kilang ataupun aset Pertamina kepada pihak lain. Namun, dalam bisnis migas diperlukan adanya kemitraan.
Arcandra saat itu menyampaikan, dalam membangun kilang, misalnya, diperlukan partner yang kompeten. Apalagi, cadangan terbukti minyak Indonesia hanya 0,2 persen dari total cadangan dunia.
Selain itu, cadangan terbukti gas Indonesia hanya 1,4 persen dari total cadangan dunia. ”Sharing the pain, sharing the gain. Inilah bisnis energi. Kenapa perlu sharing the pain, untuk sektor hulu, success ratio project hulu itu berhasil hanya 20 persen. Jadi lima kali melakukan eksplorasi, kemungkinan berhasilnya sekali dan empat kali lagi gagal,” paparnya.