JAKARTA, KOMPAS - Bank Mandiri Tbk kini sedang gencar menerapkan program vokasi bagi murid pesantren. Program tersebut bertujuan menjaring lulusan yang kompeten untuk bekerja di sektor perbankan.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas, saat ditemui di kantornya di Plaza Mandiri Jakarta, Jumat (2/8/2019) berpendapat, lulusan pesantren kurang disentuh program vokasi berbasis bisnis.
"Pesantren selama ini kurang disentuh dan dianggap hanya menghasilkan santri dan ustad. Kita ingin vokasi di sana agar menghasilkan lulusan bisnis," ujarnya.
Program vokasi tersebut dijalankan melalui Bank Syariah Mandiri, sebagai anak perusahaan Bank Mandiri, sejak awal tahun 2019. Saat ini, program tersebut telah diterapkan di lebih dari sepuluh pesantren dengan lebih dari 100 santri.
Lewat program tersebut, lulusan pesantren yang telah mengikuti program akan ditempatkan di posisi back office untuk bagian administrasi. Keahlian di posisi tersebut juga akan diperkuat dengan kemajuan teknologi informatika (TI).
"Program vokasi ini juga akan memberikan materi TI dalam modul pembelajaran yang dibuat dengan bekerja sama dengan perguruan tinggi Universitas Indonesia. Ini jawaban kami untuk menghadapi era industri 4.0," lanjut Rohan.
Baru-baru ini, PT Bank Central Asia (BCA) Tbk juga meluncurkan program vokasi untuk siswa SMK. Program itu dinamai Teaching Factory Cash Management Academy. Wakil Presiden Direktur BCA Armand W Hartono mengatakan, program itu dibuat untuk menyediakan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
”Kebutuhan tenaga kerja di BCA selalu ada. Penggunaan uang tunai selalu bertumbuh. Tunai tidak bisa lari dari otomasi mesin. Sementara harus ada manusia di belakangnya untuk merawat dan memperbaiki mesin tersebut,” tutur Armand dalam peluncuran Teaching Factory Cash Management Academy di Jakarta, Kamis (1/8).
Menurutnya, BCA memiliki 17.500 mesin di seluruh Indonesia yang perlu dikelola tenaga kerja khusus. Tenaga kerja tersebut pun perlu menyesuaikan dengan perkembangan teknologi mesin sehingga pelatihan khusus dibutuhkan. Melalui program tersebut, BCA bisa memenuhi kebutuhan tenaga kerja secara langsung sekaligus menyerap lulusan SMK.
Peran industri dalam menyerap lulusan SMK dibutuhkan. Pasalnya, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka pada 2019 mencapai 6,82 juta jiwa. Dari jumlah itu, lulusan SMK menjadi penyumbang penganggur dengan total 8,63 persen.
Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penganggur lulusan diploma I/II/III yang sebesar 6,89 persen, lulusan SMA 6,78 persen, lulusan universitas 6,24 persen, lulusan SMP 5,04 persen, dan lulusan SD 2,65 persen.