Pertumbuhan Ekonomi Terendah dalam Delapan Triwulan
Perekonomian Indonesia triwulan II-2019 tumbuh 5,05 persen, terendah dalam delapan triwulan terakhir. Pertumbuhan ekonomi terhambat kinerja ekspor yang melemah.
JAKARTA, KOMPAS — Perekonomian Indonesia triwulan II-2019 tumbuh 5,05 persen, terendah dalam delapan triwulan terakhir. Pertumbuhan ekonomi terhambat kinerja ekspor yang melemah.
Konsumsi rumah tangga masih jadi penopang pertumbuhan ekonomi pada periode April-Juni 2019, yakni 2,77 persen. PDB Indonesia berdasarkan harga berlaku pada triwulan II-2019 sebesar Rp 3.963,5 triliun.
Pada triwulan I-2019, perekonomian RI tumbuh 5,07 persen. Dengan demikian, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada semester I-2019 sebesar 5,06 persen.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal memperkirakan, perekonomian RI 2019 tumbuh 5,05 persen. Menurut dia, sulit mencapai 5,1 persen karena faktor pendorong konsumsi rumah tangga sudah banyak dilakukan pada semester I-2019.
”Bantuan sosial sudah banyak dikucurkan pada semester I, yang lebih ditujukan ke kalangan bawah,” katanya.
Di kelompok masyarakat menengah, faktor kenaikan gaji, tunjangan hari raya, dan belanja pemilu sudah berkurang pada triwulan III dan IV. Apalagi, ada tren penurunan harga komoditas. ”Harga komoditas berdampak kepada masyarakat menengah atas yang terpengaruh aktivitas ekspor-impor. Otomatis pendapatan sedikit menurun sehingga menekan konsumsi,” ujar Faisal.
Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Wisnu Wardhana, mengingatkan untuk mulai mewaspadai potensi pelemahan konsumsi rumah tangga. Pada triwulan II-2019, komponen transportasi dan komunikasi melemah.
Waspadai potensi pelemahan konsumsi rumah tangga.
Dari perspektif produksi, lanjut Wisnu, produksi mobil pada triwulan I-2019 tumbuh 9 persen secara tahunan. Namun, pada periode yang sama, penjualan mobil turun 10,8 persen. Hal ini tidak hanya menahan laju inflasi, tetapi juga menunjukkan tanda-tanda pelemahan permintaan domestik pada sisa waktu tahun ini.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyampaikan, Indonesia perlu mempertahankan hal-hal yang sudah bagus dan membenahi persoalan. Hilirisasi perlu dilakukan dan iklim kondusif bagi investasi mesti diciptakan.
”Perlu dipahami, tantangan perekonomian yang juga disebabkan oleh pelambatan pertumbuhan ekonomi global harus kita waspadai,” ujarnya.
Berdasarkan data BPS, kinerja ekspor triwulan II-2019 melambat 1,81 persen terhadap triwulan II-2018.
”Penurunan volume ekspor migas serta penurunan harga komoditas migas di sepanjang paruh pertama 2019 paling berkontribusi terhadap kontraksi kinerja ekspor tahun ini,” tambah Suhariyanto.
Di bawah perkiraan
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengaku, angka 5,05 persen itu di bawah perkiraannya. Meski demikian, ia optimistis pertumbuhan PDB 2019 dapat mencapai 5,2 persen.
Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjadja Kamdani berpendapat, pemerintah mesti mempercepat dan memperbaiki implementasi kebijakan reformasi ekonomi.
Sementara Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Adhi S Lukman memperkirakan, pertumbuhan ekonomi semester II-2019 stabil. Target pertumbuhan industri makanan-minuman 9 persen juga diharapkan tercapai. (DIM/CAS/JUD)