Kondisi perekonomian global yang diliputi ketidakpastian membuat emas diburu investor. Emas, yang harganya mengacu pada patokan internasional, menjadi alternatif investasi.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO/MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kondisi perekonomian global yang diliputi ketidakpastian membuat emas diburu investor. Emas, yang harganya mengacu pada patokan internasional, menjadi alternatif investasi.
Data di laman Logam Mulia, unit bisnis PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, harga emas batangan pada Rabu (7/8/2019) sebesar Rp 746.000 per gram. Harga ini merupakan rekor baru dalam setahun terakhir. Pada 7 Agustus 2018, harganya Rp 643.000 per gram.
Di pasar tunai, mengutip laman World Council Gold, harga emas per gram pada Selasa (6/8/2019) sebesar 47,11 dollar AS per gram. Harga ini naik dari 8 Agustus 2018 yang sebesar 38,98 dollar AS per gram.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, di Jakarta, Rabu (7/8/2019), menyampaikan, ketidakpastian ekonomi global itu, antara lain, dipicu langkah Amerika Serikat yang akan menaikkan tarif produk dari China. Apalagi, AS menuduh China memanipulasi nilai tukar mata uangnya.
”Jadi, investasi yang dinilai aman dan menarik adalah emas,” ujarnya.
Faktor lain yang mendorong kenaikan harga emas adalah penurunan suku bunga acuan bank sentral AS, The Fed. Pekan lalu, The Fed menurunkan suku bunganya menjadi 2-2,25 persen. Selain itu, suku bunga deposito di bank juga terancam turun sehingga pilihan yang menarik bagi investor adalah emas.
Ritel
Kenaikan harga emas juga dimanfaatkan investor ritel untuk membeli emas. Pembelian emas, antara lain, melalui laman perdagangan elektronik.
Associate Vice President Fintech Tokopedia Samuel Sentana mengatakan, dari awal Mei sampai dengan akhir Juli, pengguna Tokopedia Emas meningkat lebih dari dua kali lipat. Peningkatan ini menunjukkan animo masyarakat yang tinggi dalam membeli emas.
”Tokopedia Emas memberikan pilihan investasi emas secara dalam jaringan kepada masyarakat,” katanya.
Melalui fitur itu, konsumen bisa berinvestasi emas secara mencicil, mulai dari Rp 500. Namun, emas batangan secara fisik baru dapat diterima setelah saldo investasi senilai 1 gram emas.
Samuel menambahkan, melalui fitur di laman Tokopedia, harga beli dan harga jual dapat dipantau secara langsung sesuai acuan global. Bahkan, jika konsumen ingin menjual kembali, hal itu dapat dilakukan melalui platform Tokopedia.
Sella yang rutin berinvestasi emas batangan menuturkan, setiap dua bulan sekali ia membeli logam mulia. Seiring tren peningkatan harga emas, dia sempat berpikir untuk menjual kembali emas miliknya.
”Akan tetapi, terpikir juga, bagaimana kalau nanti harga emas terus naik? Sayang kalau dijual sekarang. Jadi, emas tetap saya simpan,” ujarnya.
Kenaikan harga emas dunia berpotensi mendorong ekspor industri perhiasan. Potensi itu didukung bahan baku emas yang melimpah di Indonesia.
Potensi
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih, beberapa waktu lalu, mengungkapkan potensi besar industri perhiasan di Indonesia.
Menurut data Kemenperin, nilai ekspor perhiasan pada 2018 senilai 2,05 juta dollar AS. Sebanyak 95,32 persen dari total ekspor produk emas dan perhiasan nasional selama ini menuju Singapura, Jepang, Hong Kong, dan Swiss.
Sementara ekspor ke negara-negara lain relatif kecil, yakni kurang dari 5 persen.