Seiring kenaikan harga logam mulia, penjualan kembali juga meningkat. Transaksi pembelian emas oleh investor ritel juga meningkat. Umumnya, mereka adalah investor ritel jangka panjang yang akan menyimpan emas dalam tempo lama.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO / MEDIANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seiring kenaikan harga logam mulia, penjualan kembali juga meningkat. Transaksi pembelian emas oleh investor ritel juga meningkat. Umumnya, mereka adalah investor ritel jangka panjang yang akan menyimpan emas dalam tempo lama.
Harga emas di laman logam mulia, salah satu bisnis PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, kembali membukukan rekor, Kamis (8/8/2019). Harga per gram Rp 753.000 atau naik Rp 7.000 dalam sehari.
PT Pegadaian (Persero), melalui Galeri 24, membukukan peningkatan penjualan emas kembali oleh konsumen.
Meski demikian, CEO PT Pegadaian Galeri 24 Arifmon Syahruddin mengakui, penjualan emas di Galeri 24 pada Juni-Juli meningkat 75 persen atau sekitar Rp 184 miliar.
Per akhir semester I-2019, PT Pegadaian Galeri 24 memiliki 15.000 nasabah dengan segmen utama pekerja dan ibu rumah tangga di perkotaan. Menurut Arifmon, selama ini segmen nasabah ini tidak terlalu rewel dengan kenaikan atau penurunan harga emas. Bagi mereka, ada keseimbangan antara nilai pengeluaran dan pengembalian investasi.
Sarana investasi
Head of Investment Solution Bukalapak Dhinda Arisyiya Azhari menyampaikan, sejak awal tahun ini, jumlah pengguna layanan BukaEmas tumbuh dua kali lipat. Sebagian besar pengguna fitur BukaEmas adalah investor ritel yang membeli emas mulai dari Rp 100.000.
”Kami mendesain fitur BukaEmas sebagai sarana edukasi investasi jangka panjang. Oleh karena itu, rata-rata konsumen memilih transaksi secara rutin atau berkala,” ujarnya.
Dhinda menegaskan, pendekatan pemasaran fitur BukaEmas adalah budaya menabung untuk memperluas inklusi keuangan bagi masyarakat yang tidak memiliki akses dengan jasa keuangan.
Sementara itu, perencana keuangan Prita Hapsari Ghozie, ketika dimintai pendapat mengenai investasi logam mulia, mengatakan, investasi emas lebih tepat untuk jangka menengah-panjang.
”Tujuannya untuk menyeimbangkan portofolio,” ujarnya.
Prita menambahkan, emas dalam bentuk logam mulia tergolong aset yang likuid atau mudah dijual untuk mendapatkan uang tunai. Meski demikian, porsi investasi emas terhadap total investasi tergantung pada profil risiko.
”Jika konservatif, bisa memang logam mulia hingga 30 persen dari total investasi. Kalau agresif, mungkin hanya 10 persen,” ujarnya.
Head of Wealth Management and Client Growth Commonwealth Indonesia Ivan Jaya menambahkan, pilihan instrumen investasi ada di tangan investor.