Indonesia yang berbentuk kepulauan masih belum banyak memanfaatkan penerbangan umum. Di negara-negara yang industri penerbangannya maju, seperti Amerika Serikat, Australia, dan Kanada, penerbangan umum sudah seperti kendaraan umum biasa.
Oleh
M CLARA WRESTI
·3 menit baca
Indonesia yang berbentuk kepulauan masih belum banyak memanfaatkan penerbangan umum. Di negara-negara yang industri penerbangannya maju, seperti Amerika Serikat, Australia, dan Kanada, penerbangan umum sudah seperti kendaraan umum biasa. Pesawat-pesawat kecil berseliweran ke sana kemari, mendukung aktivitas warga.
Di Australia, istilah dokter terbang bahkan sudah sangat lumrah. Di negara-negara itu juga penerbangan umum menjadi penunjang pariwisata dan pergerakan masyarakat, baik di kota besar maupun pedalaman.
Di Indonesia, penerbangan umum lebih banyak digunakan di Indonesia bagian timur karena masih banyak daerah yang sulit dijangkau melalui darat. Penerbangan umum ini hanya membutuhkan landasan berupa airstrip yang tidak terlalu panjang dan tidak harus aspal. Bentuk pesawat penerbangan umum yang kecil dan ringan tidak membutuhkan landasan seperti bandara-bandara besar.
Penerbangan umum juga lebih banyak dimanfaatkan sekolah-sekolah pilot, yang sekarang lebih banyak berlokasi di daerah. Beberapa tahun lalu, pemerintah mengatur sekolah-sekolah pilot ini untuk dipindahkan dari bandara-bandara besar ke bandara-bandara kecil di daerah untuk memberikan slot lebih besar ke penerbangan komersial.
Secara terminologi, penerbangan umum berarti pemanfaatan bandara untuk keperluan apa pun yang berkaitan dengan kedirgantaraan, kecuali militer.
Jika diterjemahkan, penerbangan umum adalah layanan penerbangan yang mencakup berbagai aktivitas komersial dan nonkomersial, termasuk penerbangan pribadi, pelatihan penerbangan, ambulans udara, pemadaman kebakaran udara, penyewaan udara, dan penerbangan terpencil.
Jenis pesawat yang digunakan dalam penerbangan umum meliputi pesawat eksperimen, pesawat olahraga ringan, dan jet sangat ringan yang tidak digunakan maskapai.
Di tengah keinginan pemerintah untuk memperoleh devisa yang lebih besar dari sektor pariwisata, PT Angkasa Pura II (Persero) berinisiatif untuk mengimplementasikan konsep penerbangan umum sebagai daya tarik baru pariwisata Indonesia.
Sebenarnya ada banyak manfaat positif jika penerbangan dikembangkan. Selain untuk menjangkau daerah-daerah terpencil, juga bisa mendukung pariwisata, meningkatkan okupansi bandara, dan meningkatkan jam terbang para pilot muda.
Saat ini, masih banyak pilot muda yang belum mendapat kesempatan bekerja di maskapai besar, salah satunya karena jam terbang yang masih rendah. Dengan menjadi pilot di penerbangan umum, jam terbang dan keterampilan pilot-pilot muda bisa bertambah.
Inisiatif Angkasa Pura II ini disambut Kabupaten Banyuwangi di Jawa Timur yang sudah melek pariwisata. Banyuwangi yang memiliki bandara internasional bisa menjual penerbangan umum kepada wisatawan mancanegara untuk mengarungi taman-taman nasional di wilayah itu, bahkan untuk menyeberang ke Bali bagian barat.
Selain di Banyuwangi, penerbangan umum juga bisa dimanfaatkan untuk pariwisata di Bandara Silangit, Sumatera Utara, yang melayani obyek wisata Danau Toba. Wisatawan yang memiliki waktu singkat bisa menikmati pemandangan Danau Toba dan Pulau Samosir dari udara.
Di Amerika Serikat, pesawat terbang untuk penerbangan umum selayaknya mobil biasa, yang dikenai pajak dan harga terjangkau. Namun, di Indonesia, pesawat udara masih dianggap barang mewah sehingga mesti dikenai pajak tinggi.
Saat ini, ada 4.000 bandara yang melayani penerbangan umum dengan total 2 juta pekerja dan 166 juta penumpang. Selain pilot, penerbangan umum juga membutuhkan tenaga kerja yang melayani di darat, mekanik, dan berbagai pekerjaan lain. Dengan demikian, ada dampak berganda dari penerbangan umum.
Sebenarnya penerbangan umum adalah peluang besar. Tinggal kita memanfaatkan dan menghilangkan semua kendalanya. (Maria Clara Wresti)