Kementerian Pertanian mendorong keragaman produk ekspor hasil pertanian, termasuk dari sejumlah daerah di Jawa Tengah.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Kementerian Pertanian mendorong keragaman produk ekspor hasil pertanian, termasuk dari sejumlah daerah di Jawa Tengah. Seperti grass jelly atau daun cincau yang diekspor ke Malaysia dan broom grass atau sapu glagah ke Tiongkok.
Rabu (21/8/2019) sore, sejumlah komoditas pertanian asal Jateng dilepas di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Selain daun cincau dan sapu glagah, juga gula merah yang diekspor ke Sri Lanka, biskuit dan margarin ke Bangladesh, serta sarang burung walet ke Tiongkok.
Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Ali Jamil mengatakan, diversifikasi produk perlu terus diupayakan. ”Ini salah satu langkah strategis untuk meningkatkan nilai ekspor. Emerging product (produk baru dengan peluang ekspor) harus didorong,” kata Ali.
Ali menambahkan, para pengekspor harus dipelihara dan diberi berbagai kemudahan, salah satunya dengan perizinan dalam jaringan (daring). Kendati demikian, para pengekspor juga harus memberi keuntungan kepada para petani sebagai pemasok bahan baku di tingkat hulu.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menambahkan, beragam budidaya tanaman di Jateng yang hasilnya bisa diekspor merupakan hal positif. Namun, ia mendorong, tidak hanya produk mentah yang diekspor, tetapi juga produk jadi atau setengah jadi agar lebih memiliki nilai tambah.
Ini salah satu langkah strategis untuk meningkatkan nilai ekspor. Emerging product (produk baru dengan peluang ekspor) harus didorong.
”Seperti cincau hitam dari Kabupaten Banjarnegara, yang diekspor adalah daun dan batang keringnya. Mengapa tidak jual cincaunya? Pasti harganya lebih tinggi. Cincau ini kami coba bantu fasilitasi kelompok tani dengan Perhutani untuk kebutuhan perluasan lahan,” kata Ganjar.
Pada Rabu, para pengekspor juga berharap adanya penerbangan langsung dari Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang ke Tiongkok. Ganjar siap menjembatani terkait permintaan pesawat kargo asalkan pengekspor bekerja sama memastikan perihal keterisiannya.
Selain itu, terbatasnya kapasitas Pelabuhan Tanjung Emas juga menjadi perhatian. ”Kami akan membicarakan tentang pelabuhan baru karena kurang jika hanya mengandalkan Tanjung Emas. Sepertinya (perluasan pelabuhan) di Kendal memungkinkan,” ucap Ganjar.
Perdana ke Bangladesh
Pada Rabu, biskuit tinggi kalori dan protein yang diproduksi di Jateng, sebanyak 300 ton (Rp 5,3 miliar), pertama kali diekspor ke Bangladesh. Biskuit diproduksi PT Tiga Pilar Sejahtera Food bekerja sama dengan Badan untuk Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID).
Is Purwanto, Land Manager PT Tiga Pilar Sejahtera Food, mengatakan, biskuit tersebut memakai bahan lokal, seperti terigu, minyak sawit, dan gula. ”Kami memproduksi sesuai dengan kebutuhan USAID. Nantinya, di Bangladesh, USAID yang mendistribusikan,” katanya.
Pelaksana Tugas Balai Karantina Pertanian Semarang Wawan Sutian menambahkan, selain biskuit, nilai tinggi dihasilkan sarang burung walet, yakni Rp 4,2 miliar. Adapun ekspor cincau senilai Rp 588 juta, gula merah Rp 980 juta, sapu glagah Rp 115 juta, dan margarin Rp 250 juta.
Pihaknya terus mendorong ragam produk pertanian guna meningkatkan nilai yang dihasilkan. ”Ekspor produk pertanian asal Jateng pada 1-19 Agustus 2019 mencapai Rp 586 miliar. Jumlah tersebut meningkat 40 persen dibandingkan dengan periode sama pada 2018,” kata Wawan.