Indonesia masih memiliki banyak potensi sumur minyak dan gas yang dapat dieksplorasi dan dieksploitasi untuk meningkatkan produksi migas dan mengurangi impor migas. Oleh karena itu, pemerintah dan pemangku kepentingan di sektor tersebut perlu mengoptimalkan kegiatan eksplorasi di Indonesia.
Oleh
FERRY SANTOSO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia masih memiliki banyak potensi sumur minyak dan gas yang dapat dieksplorasi dan dieksploitasi untuk meningkatkan produksi migas dan mengurangi impor migas. Oleh karena itu, pemerintah dan pemangku kepentingan di sektor tersebut perlu mengoptimalkan kegiatan eksplorasi di Indonesia.
”Menurut para ahli, di Indonesia terdapat 128 cekungan. Sekitar 50 persen di antaranya belum dieksplorasi,” kata Executive Director Indonesian Petroleum Association (IPA) Marjolijn Wajong dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Jumpa pers itu berkaitan dengan pelaksanaan konvensi dan pameran IPA ke-43 bertema ”Driving Exploration and Optimizing Existing Production for Long Term Energy Security”. Konvensi dan pameran akan digelar pada 4-6 September 2019.
Menurut Marjolijn, dalam kegiatan eksplorasi, peran investor sangat penting. Untuk itu, iklim investasi yang mendorong atau mendukung sektor migas perlu ditingkatkan. Ia menilai, pemerintah sudah berupaya menciptakan iklim investasi yang menarik.
Berdasarkan Neraca Pembayaran Indonesia, neraca minyak nyaris selalu defisit. Pada triwulan I-2019, neraca minyak defisit 3,739 miliar dollar AS dan pada triwulan II-2019 defisit 4,118 miliar dollar AS.
Dalam APBN 2019, lifting atau produksi minyak siap jual Indonesia sebesar 775.000 barel per hari, sedangkan lifting gas 1,25 juta barel per hari. Harga minyak 70 dollar AS per barel.
Terkait skema gross split dalam investasi migas, menurut Marjolijn, pemerintah tentu sudah menyiapkan berbagai insentif terhadap investor. Oleh karena itu, dialog antara investor dan pihak pemerintah sangat penting dalam investasi migas. ”Kalau ada kesulitan, bisa dibicarakan dengan pemerintah. Dialog diperlukan,” katanya.
Pejabat Presiden IPA Bij Agarwal mengungkapkan, sektor hulu migas di Indonesia perlu dikembangkan untuk mengurangi defisit neraca perdagangan. Impor migas tinggi karena tingkat konsumsi energi yang besar dan produksi yang masih kurang.
Dengan perkembangan industri hulu migas, lanjut Bij, lapangan kerja di sektor migas semakin terbuka, terutama bagi tenaga kerja terampil Indonesia. Oleh karena itu, investasi, terutama dari perusahaan migas global, perlu terus didorong melalui perbaikan iklim investasi.
Chairperson IPA Hanny Midlena menambahkan, konvensi dan pameran IPA ke-43 akan diikuti 119 peserta dari berbagai perusahaan migas. Jumlah pengunjung yang ditargetkan mencapai 26.000 pengunjung, termasuk para delegasi.
Konvensi akan membahas berbagai hal, di antaranya teknologi eksplorasi migas. Konvensi dan pameran itu juga dilaksanakan untuk menarik generasi muda masuk ke industri migas demi kelangsungan sektor migas pada masa mendatang dengan perkembangan teknologi yang semakin tinggi.