Peternak ayam potong yang tergabung dalam Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia kembali membagikan ayam potong hidup secara gratis kepada masyarakat akibat harga ayam kembali anjlok. Peternak meminta pemerintah mengurangi produksi bibit ayam.
Oleh
·2 menit baca
KARANGANYAR, KOMPAS — Peternak ayam potong yang tergabung dalam Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia kembali membagikan ayam potong hidup secara gratis kepada masyarakat akibat harga ayam kembali anjlok. Peternak meminta pemerintah mengurangi produksi bibit ayam.
”Harga ayam potong turun terus, sekarang di kandang hanya Rp 9.000-Rp 9.500 per kilogram hidup,” kata Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah Pardjuni di sela-sela kegiatan pembagian ayam gratis di kantor Pemerintah Desa Bolon, Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (1/9/2019).
Menurut Pardjuni, dalam kegiatan ini dibagikan 800-1.000 ayam hidup kepada warga. Selain sebagai bentuk protes karena harga ayam terus merosot, pembagian ayam ini juga untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa harga ayam saat ini sedang sangat murah, terutama di peternak.
Harga ayam potong turun terus, sekarang di kandang hanya Rp 9.000-Rp 9.500 per kilogram hidup.
”Di pasar harga daging ayam sekarang berkisar Rp 28.000-Rp 30.000 per kg, masyarakat tahunya harga tersebut. Padahal, di tingkat peternak, harga ayam sedang murah sekali,” ujarnya.
Menurut Pardjuni, harga ayam Rp 9.000-Rp 9.500 per kg hidup itu jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga pokok produksi yang berkisar Rp 17.500-Rp 18.000 per kg. Akibatnya, para peternak rakyat kembali menanggung kerugian. ”Harga sempat naik pada Juli, tetapi mulai pertengahan Agustus hingga sekarang harga terus turun,” katanya.
Pardjuni mengatakan, setelah aksi serentak pembagian ayam gratis di beberapa kota di Jawa Tengah dan DIY pada 26 Juni 2019, harga ayam hidup mulai merangkak naik hingga menyentuh Rp 18.000-Rp 19.500 per kg. Saat aksi itu digelar, harga ayam di peternak hanya Rp 8.000-Rp 9.000 per kg.
Kenaikan harga itu dipengaruhi kebijakan pengurangan suplai dengan mengurangi jumlah produksi bibit ayam (day old chicken/DOC). ”Turunnya harga ayam sekarang ini jelas menunjukkan adanya over suplai produksi lagi,” ujarnya.
Saat ini suplai ayam potong mencapai berkisar 42-45 juta ekor per bulan, sedangkan kebutuhan masyarakat diperkirakan hanya 33 juta ekor hingga maksimal 35 juta ekor ayam per bulan. Karena itu, pihaknya meminta pemerintah pusat kembali mengurangi produksi DOC.
”Pengurangan produksi itu terbukti berdampak positif meningkatkan harga ayam di tingkat peternak. Karena itu, pemerintah tidak perlu ragu-ragu bahwa pengurangan ini harus jalan karena sekarang ini kondisinya over suplai,” katanya.
Sementara itu, berdasarkan pantauan Kompas, harga daging ayam di pasar tradisional di Solo turun. Di Pasar Gede, Solo, pedagang menjual daging ayam Rp 30.000 per kilogram.
Menurut Tiningsih (55), salah satu pedagang daging ayam di Pasar Gede, harga daging ayam sepekan lalu masih di kisaran Rp 34.000, kemudian menurun secara bertahap hingga Rp 30.000 per kg. ”Saya kulakan ayam hidup itu sekarang Rp 16.500 per kg,” katanya.