Negara-negara ASEAN sepakat memperkuat kerja sama perdagangan dan ekonomi di tingkat regional untuk menghadapi situasi ekonomi dunia yang tidak menentu dan mengantisipasi ancaman resesi global.
Oleh
FERRY SANTOSO
·3 menit baca
BANGKOK, KOMPAS — Negara-negara ASEAN sepakat memperkuat kerja sama perdagangan dan ekonomi di tingkat regional, seperti ASEAN-India dan ASEAN-China. Langkah itu dinilai penting untuk menghadapi situasi ekonomi dunia yang tidak menentu dan mengantisipasi ancaman resesi global.
Hal itu disampaikan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di sela-sela pertemuan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dalam acara pertemuan para menteri ekonomi ASEAN, ASEAN Economic Ministers’ Meeting (AEM) Ke-51, di Bangkok, Thailand, Minggu (8/9/2019).
RCEP merupakan skema kerja sama 10 negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam, Kamboja, Myanmar, Laos, dengan enam negara mitra, yaitu Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru.
”Kita (ASEAN) sepakat memperkuat kerja sama ekonomi regional karena kondisi perekonomian dunia yang tidak menentu,” kata Enggartiasto.
Untuk mempercepat proses perundingan dalam RCEP, dibentuk perwakilan negara ASEAN dalam perundingan RCEP, yaitu Troika, yang terdiri dari Thailand, Indonesia, Sekretariat ASEAN, dan Singapura.
ASEAN bersama Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru sepakat untuk menyelesaikan secara substansial beberapa isu yang tertunda dalam pembahasan. Dengan demikian, pada akhir 2019, isu-isu pembahasan yang tertunda itu dapat diselesaikan dan disepakati. ”ASEAN mau menunjukkan kerja sama ekonomi regional tetap terbaik,” kata Enggartiasto.
Apalagi kondisi ekonomi dunia tidak menentu dan ancaman resesi global di depan mata. ASEAN-India, misalnya, India tidak ingin 1,3 miliar penduduk yang menjadi pasarnya dimasuki produk-produk dari ASEAN. Oleh karena itu, lanjut Enggartiasto, India tidak hanya ingin memperkuat kerja sama perdagangan barang, tetapi juga kerja sama perdagangan jasa dengan negara ASEAN. India cukup maju dalam perdagangan jasa di bidang keuangan dan teknologi.
ASEAN mau menunjukkan kerja sama ekonomi regional tetap terbaik.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo menambahkan, ada beberapa isu teknis yang pembahasannya tertunda sehingga perlu pembahasan lebih lanjut. Pembahasan diharapkan dapat segera selesai dan menghasilkan kesepakatan.
Terkait praktik perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengalihkan ekspor suatu produk pada suatu negara ke negara lain untuk diekspor ke negara tujuan ekspor (circumvention) jadi contoh.
Secara substansial, masalah pengalihan ekspor produk ke suatu negara ditempuh untuk menghindari pengenaan tarif bea masuk yang tinggi perlu disepakati negara-negara dalam RCEP karena pemahaman bisa berbeda-beda.
Sebagai contoh, China mengimpor gula mentah dari India dengan tarif bea masuk sebesar 10 persen. Indonesia mengimpor gula mentah dari India dengan bea masuk nol persen. Gula mentah dari India yang diimpor Indonesia kemudian diolah menjadi produk makanan olahan untuk diekspor ke China.
Tawaran teknologi
Seusai pertemuan para menteri ekonomi ASEAN dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (Minister of Economy, Trade, and Industry/METI) Jepang atau AEM-METI Consultations Ke-25, Sabtu (7/9/2019), Enggartiasto mengungkapkan, METI menawarkan proyek kerja sama dengan ASEAN untuk mengembangkan teknologi digital.
Pertemuan AEM-METI Consultations dipimpin Wakil Perdana Menteri dan Menteri Perdagangan Thailand Jurin Laksanawisit serta Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang Hiroshige Seko.
”Teknologi digital dan Revolusi Industri 4.0 memang tak bisa dihindari,” kata Enggartiasto.
Terhadap tawaran itu, para menteri ekonomi ASEAN menyambut baik. Namun, perlu disadari bahwa kemampuan teknologi setiap negara di ASEAN berbeda-beda. ”Dalam konteks Indonesia, hal itu bisa dibicarakan lebih spesifik secara bilateral,” ujarnya.
Enggartiasto menambahkan, teknologi digital perlu terus dikembangkan bagi pelaku usaha kecil dan menengah. ”UKM di Jepang tak tertinggal dengan teknologi digital,” katanya.
Dari data yang ada, total perdagangan barang antara ASEAN dan Jepang mencapai 225,3 miliar dollar AS tahun 2018 atau 8,1 persen dari total perdagangan barang ASEAN. Selain itu, total investasi langsung dari Jepang-ASEAN mencapai 21,2 miliar dollar AS atau sebesar 13,7 persen dari total investasi langsung yang masuk ke ASEAN.