Delegasi Korea Selatan berharap Pemerintah Indonesia memberi kepastian perihal kemudahan untuk meningkatkan investasi dan perdagangan.
Oleh
Ferry Santoso dari Bangkok, Thailand
·2 menit baca
BANGKOK, KOMPAS — Delegasi Korea Selatan berharap Pemerintah Indonesia memberi kepastian perihal kemudahan untuk meningkatkan investasi dan perdagangan. Korea Selatan setidaknya berminat untuk berinvestasi di sektor industri otomotif dan industri kimia.
Hal itu disampaikan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam pertemuan dengan Menteri Perdagangan Korea Selatan Yoo Myung-hee di sela-sela acara ASEAN Economic Ministers’ Meeting (AEM) ke-51, di Bangkok, Thailand, Senin (9/9/2019) malam.
”Korea Selatan melihat kita sebagai mitra strategis,” kata Enggartiasto.
Dia menambahkan, Presiden Joko Widodo memberi perhatian terkait rencana investasi Korea Selatan di Indonesia.
”Presiden minta lokasi (lahan) diperhatikan,” katanya.
Saat ini, lanjut Enggartiasto, perjanjian mengenai kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan Korsel atau IK-CEPA sedang dibahas. IK-CEPA ditargetkan dapat disepakati pada akhir tahun ini. ”Saya menawarkan, kalau bisa, pada prinsipnya, disepakati pada Oktober saat pameran peradagangan,” katanya.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), penanaman modal asing (PMA) yang masuk ke Indonesia pada Januari-Juni 2019 sebesar 14,186 miliar dollar AS. Investasi itu ditanamkan di 23.363 proyek.
Adapun PMA dari Korsel pada semester I-2019 sebesar 544,4 juta dollar AS pada 2.130 proyek.
Regulasi
Dalam pertemuan dengan delegasi pelaku usaha dari Amerika Serikat yang tergabung dalam US-ASEAN Business Council, Senior Vice President and Regional Managing Director US-ASEAN Business Council Michael W Michalak mengungkapkan, pihaknya dan Enggartiasto berdiskusi mengenai regulasi terkait investasi dan perdagangan.
Menurut Michael, perusahaan teknologi di AS melihat lebih dulu regulasi di negara-negara ASEAN untuk berinvestasi. Ia mencontohkan, regulasi yang dilihat antara lain terkait keamanan siber, sistem pembayaran digital, dan aliran data antarnegara.
Michael juga mengapresiasi Presiden Joko Widodo yang memiliki kebijakan dan kepedulian terhadap ekonomi digital. ”Hal itu tergantung pada regulasi yang ada,” katanya ketika ditanya apakah perusahaan-perusahaan teknologi AS akan berinvestasi di Indonesia.
Michael menilai, kondisi perang dagang antara AS dan China dapat berdampak negatif terhadap pelaku usaha dan kondisi perekonomian global. Ia berharap kedua pemimpin negara itu dapat bernegosiasi dan mencari solusi terbaik.
Berdasarkan data BKPM, PMA dari AS ke Indonesia pada Januari-Juni 2019 sebesar 631,7 juta dollar AS. Investasi itu ditempatkan pada 515 proyek.
Pada Semester I-2019, negara asal PMA terbesar di Indonesia adalah Singapura. PMA dari Singapura sebesar 3,431 miliar dollar AS pada 5.348 proyek.