Permintaan pengiriman barang terkait perdagangan elektronik atau e-dagang turut mendongkrak bisnis logistik.
Oleh
M Clara Wresti
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Permintaan pengiriman barang terkait perdagangan elektronik atau e-dagang turut mendongkrak bisnis logistik. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk bersama anak usahanya, PT Citilink Indonesia, memanfaatkan peluang itu dengan meluncurkan platform aplikasi untuk pengiriman barang, di Jakarta, Rabu (11/9/2019)
Aplikasi bernama Tauberes ini berbasis progressive web application (PWA), sehingga tidak menggunakan ruang (space) yang menghabiskan memori ponsel. Aplikasi ini menghubungkan layanan kargo udara dengan agen pengiriman barang kepada masyarakat atau konsumen. Aplikasi ini juga menyediakan sistem pembayaran dengan berbagai alternatif pembayaran.
Menurut Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha Garuda Indonesia Mohammad Iqbal, pertumbuhan bisnis logistik semakin tinggi, namun tuntutannya juga sangat tinggi. Konsumen ingin barang diterima secepat mungkin dengan harga yang murah. Barang juga dalam kondisi aman.
”Biaya pengiriman untuk jenis hari yang sama Rp 400.000 per kilogram. Dan, untuk pengiriman dengan kargo udara, ada minimum berat, yakni 10 kg. Ini yang membuat pengiriman di hari yang sama tidak pernah murah. Padahal, tuntutan masyarakat saat ini adalah pengiriman yang cepat,” kata Iqbal.
Dia mengatakan, pertumbuhan permintaan meningkat 12 persen setiap tahunnya. Sementara pertumbuhan e-dagang mencapai 50 persen. ”Untuk kargo udara tumbuh 11 persen. Apabila ada satu platform yang bisa menyatukan semua layanan kargo, darat dan udara, sehingga semua bisa saling mengisi dan gotong royong, maka keinginan untuk mengirimkan paket secepatnya bisa tercapai,” kata Iqbal.
Menurut Iqbal, saat ini sudah ada enam perusahaan logistik yang bergabung dalam platform ini.
Menurut CEO PT Garuda Tauberes Indonesia Albert Burhan, saat ini yang sudah menjadi mitra adalah J&T Express, Lion Parcel, Aero Express, SAP, dan Si Cepat. Pilihan metode pembayaran melalui LinkAja ataupun pembayaran tunai.
CEO J&T Express Robin Lo menyebutkan, Indonesia mempunyai potensi pengiriman barang yang sangat besar. ”Kendala pengiriman barang di Indonesia adalah ketersediaan barang dan sistem pembayaran. Alibaba telah meluncurkan platform untuk pengiriman logistik di China dan telah mengirimkan 180 juta paket per hari di China. Karena banyaknya pengiriman, biaya pun menjadi lebih murah. Di Indonesia biaya pengiriman 2 dollar AS, sementara di China biayanya hanya 0,5 dollar AS,” tutur Robin.
Dia mengatakan, Indonesia tidak akan bisa semurah China karena kondisi geografisnya berbeda. Namun, Indonesia adalah negara kepulauan sehingga bisnis logistik akan bisa berkembang baik.
Di tempat terpisah, Lion Parcel juga melakukan penandatanganan kerja sama dengan Line Clear Express Sdn Bhd dari Malaysia untuk pengiriman produk-produk UMKM dari Indonesia ke Malaysia dan sebaliknya.
”Kemitraan ini didukung oleh Kementerian Desa Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia dan State Goverment of Selangor,” kata CEO Lion Parcel Farian Kirana.
Kemitraan yang dilakukan Lion Parcel dengan Line Clear Express ini diharapkan dapat meningkatkan pengiriman baru yang berasal dari UKM, ritel, pelajar, pekerja, dan klien korporat. Selain itu, pengambilan barang dapat dilakukan dari desa atau tempat mana pun di Indonesia dan untuk dikirimkan kepada penerima di setiap lokasi di Malaysia, begitu juga sebaliknya.