Pemerintah Kabupaten Kebumen melalui dinas kelautan dan perikanan mendorong pengembangan produksi garam rakyat di sepanjang pesisir selatan.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
KEBUMEN, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Kebumen melalui dinas kelautan dan perikanan mendorong pengembangan produksi garam rakyat di sepanjang pesisir selatan. Setahun terakhir terdapat 12 kelompok petambak garam dengan luas lahan mencapai 5.212 meter persegi dan produksi hingga 36,515 ton.
”Ditargetkan pada 2020 produksi garam di Kebumen bisa mencapai 1.000 ton,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kebumen La Ode Haslan, Rabu (18/9/2019), di Kebumen, Jawa Tengah.
La Ode menyampaikan, produksi 1.000 ton itu merupakan 50 persen dari angka kebutuhan garam konsumsi Kabupaten Kebumen yang mencapai 2.000 ton per tahun. Jumlah penduduk Kebumen 1,1 juta jiwa. ”Setiap daerah didorong untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing. Jika sudah terpenuhi sampai 50 persen itu sudah lumayan,” tuturnya.
Selain untuk garam konsumsi masyarakat, lanjut La Ode, garam juga dibutuhkan bagi para peternak, terutama untuk campuran pakan sapi, industri pengolahan makanan seperti ikan asin, serta industri kecantikan. ”Garam dari wilayah selatan ini memiliki keunggulan, yaitu mengandung NaCl hingga 95,75 persen. Saat ini di Kebumen sudah ada petambak garam 135 orang,” ujarnya.
Setiap daerah didorong untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing. Jika sudah terpenuhi sampai 50 persen itu sudah lumayan.
Upaya pengembangan yang dilakukan pemerintah di antaranya memfasilitasi pelatihan bagi 30 warga untuk pengolahan garam dengan sistem tunnel serta mendorong pemerintah provinsi dan pusat untuk mengucurkan bantuan berupa pembuatan tunnel serta peralatan. ”Ada bantuan 13 tunnel dengan luas masing-masing 60 meter persegi senilai Rp 200 juta untuk Desa Miritpetikusan dari APBD Provinsi Jateng,” kata La Ode.
Kepala Bidang Usaha Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kebumen Sigit Dwi Purnomo menambahkan, 12 kelompok petambak garam itu berada di empat kecamatan, yaitu di Ambal, Mirit, Puring, dan Klirong. Kelompok ini tersebar di Desa Surorejan, Miritpetikusan, Kaibon, Kaibonpetangkuran, Tanggulangin, dan Sidoharjo. ”Setiap kelompok terdiri dari 15 sampai 20 petambak. Selain 12 kelompok, ada juga dua petambak mandiri,” kata Sigit.
Bantuan provinsi
Ketua Kelompok Petambak Kegiatan Usaha Garam Rakyat (KUGAR) Jagad Kidul Puji Santoso, di Desa Miritpetikusan, mengatakan, dengan 13 tunnel bantuan provinsi, dirinya bisa memanen sedikitnya 2 ton garam setiap 10 hari. ”Untuk garam konsumsi harganya Rp 10.000 per kilogram dan untuk garam spa (perawatan tubuh) bisa Rp 50.000 per kilogram,” kata Puji.
Sebelum menjadi petambak garam, Puji sehari-hari bekerja sebagai nelayan dan juga petani di pesisir Kebumen. Menurut Puji, dengan menjadi petambak garam, dirinya tetap bisa menggarap ladang karena proses pembuatan garam tidak rumit. ”Kami tinggal mengalirkan air laut dengan pompa ke tunnel lalu bisa ditinggal,” paparnya.
Menurut Puji, sejumlah kendala yang dialaminya adalah ancaman abrasi saat adanya gelombang pasang dan pemasaran. ”Saat ini untuk menghindari abrasi, tunnel dibangun pada jarak 650 meter dari bibir pantai. Untuk pemasaran masih kesulitan karena masih baru dan belum banyak yang kenal garam dari Kebumen,” tuturnya.
Kami ingin memadukan dengan unsur wisata dan edukasi. Di sana anak-anak, misalnya, bisa mengenal proses pembuatan garam.
Sigit menambahkan, salah satu upaya untuk mempromosikan garam dari pesisir Kebumen adalah dengan membuat Kampung Garam di sejumlah lokasi produksi garam. Dengan panjang garis pantai 57,5 kilometer, diharapkan Kebumen menjadi salah satu lumbung garam di Jawa Tengah. ”Kami ingin memadukan dengan unsur wisata dan edukasi. Di sana anak-anak, misalnya, bisa mengenal proses pembuatan garam,” kata Sigit.