Ekspor Pakan Ternak ke Timor Leste Semakin Bergairah
Produk pakan ternak Indonesia semakin diminati di Republik Demokratik Timor Leste. Indikasinya, sejak keran ekspor dibuka tahun lalu, jumlah produsen pakan ternak yang memasarkan produknya semakin bertambah.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS - Produk pakan ternak Indonesia semakin diminati di Republik Demokratik Timor Leste. Indikasinya, sejak keran ekspor dibuka tahun lalu, jumlah produsen pakan ternak yang memasarkan produknya semakin bertambah. Mereka adalah para pemain baru.
Direktur Pakan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Sri Widayati mengatakan ekspor pakan ternak ke Timor Leste tahun lalu mencapai 4.329.190 kilogram dengan nilai 785.938 dollar Amerika Serikat. Ekspor pakan ternak itu diprediksi naik tahun ini.
“Sebagai gambaran, sampai Juli tercatat volume ekspornya sudah mencapai 3.284.123 kg dengan nilai 1.087.447 dollar AS. Kementan optimis, volume ekspor tahun ini jauh melampui tahun lalu,” ujar Sri Widayati saat melepas ekspor pakan ternak ke Timor Leste di PT Sinar Indochem, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (30/9/2019).
Optimisme meningkatnya volume ekspor pakan ternak itu juga ditandai dengan bertambahnya jumlah produsen yang melakukan penetrasi pasar ke Timor Leste. Sebagai gambaran, sampai September ini sudah ada empat perusahaan yang mengekspor produk pakan ternaknya. Tahun lalu hanya satu perusahaan.
Sebagai gambaran, sampai Juli tercatat volume ekspornya sudah mencapai 3.284.123 kg dengan nilai 1.087.447 dollar AS. Kementan optimis, volume ekspor tahun ini jauh melampui tahun lalu, ujar Sri Widayati
Keempat perusahaan itu adalah Charoend Pokphand, Sido Agung, Japfa Comfeed, dan terbaru PT Sinar Indochem. Sinar Indochem mengirimkan 200 ton pakan ayam senilai Rp 2,1 miliar. Perusahaan yang beroperasi sejak 2012 dengan kapasitas produksi 25.000 ton perbulan itu baru pertama kali menembus pasar ekspor.
Sri Widayati menambahkan jumlah industri pakan ternak di dalam negeri yang tergabung dalam Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) sebanyak 87 perusahaan. Mereka berkontribusi paling besar bahkan lebih dari 90 persen dalam produksi pakan ternak nasional yang tahun ini diprediksi mencapai 20 juta ton.
Sesuai kebutuhan
Perusahaan pakan ternak selama ini memproduksi pakan sesuai dengan kebutuhan peternak. Namun sebenarnya mereka mampu memproduksi dengan volume lebih besar lagi karena masih banyak perusahaan yang produksinya masih dibawah kapasitas terpasang pabrik.
Widayati menambahkan ekspor pakan ternak merupakan bagian dari upaya meningkatkan ekspor komoditas peternakan ke negara tetangga tersebut. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Pusat Data Kementan, total ekspor komoditas peternakan ke RDTL selama 2018 senilai 9.525.928 dollar AS. Sedangkan selama 2019, sampai Juli tercatat nilai ekspor sebesar 6.266.097 dollar AS.
Kepala Balai Karantina Pertanian Surabaya Musyaffak Fauzi mengatakan selama September saja, pihaknya telah tiga kali melepas ekspor pakan ternak dan produk peternakan ke Timor Leste. Berdasarkan hasil analisa pasar, Indonesia tidak hanya berpeluang mengekspor produk pakan ternak melainkan produk susu, karkas ayam, dan makanan olahan berbahan ayam seperti nugget.
Agar produk Indonesia bisa diterima di negara lain, Karantina Pertanian Surabaya sudah memeriksa dari sisi kualitas produk, dan mengeluarkan sertifikat kesehatan. Sertifikat itu untuk menjamin, produk yang diekspor berkualitas baik dan memenuhi standar perdagangan internasional.
“Setiap hari ada 125 permintaan layanan penerbitan sertifikat kesehatan untuk produk yang akan diekspor. Dari 125 permintaan itu, terbanyak atau 100 permintaan diantaranya berasal dari produk pertanian dan sisanya 25 sertifikat berasal dari produk peternakan,” kata Musyaffak.
Sementara itu Bupati Sidoarjo Saiful Ilah mengatakan tiga dari empat perusahaan pakan ternak yang mengekspor produknya ke Timor Leste berasal dari Sidoarjo. Oleh karena itu pihaknya bangga karena banyak perusahaan di wilayahnya yang mampu bersaing di pasar global.
Setiap hari ada 125 permintaan layanan penerbitan sertifikat kesehatan untuk produk yang akan diekspor. Dari 125 permintaan itu, terbanyak atau 100 permintaan diantaranya berasal dari produk pertanian dan sisanya 25 sertifikat berasal dari produk peternakan, kata Musyaffak.
“Pemda memberi dukungan dalam bentuk kemudahan layanan perizinan dan menciptakan iklim usaha yang kondusif agar pelaku usaha bisa bekerja dengan baik,” ucap Saiful Ilah.
Selain kemudahan perizinan, pihaknya juga memberikan dukungan terhadap dunia usaha dalam bentuk pembangunan infrastruktur seperti jalan untuk memudahkan aksesibilitas mereka. Yang dikeluhkan para pengusaha di Sidoarjo dari tahun ke tahun adalah tingginya upah minimum regional (UMR) yang saat ini berada di kisaran Rp 3,8 juta per pekerja per bulan.