Kesiapan mengadopsi dan permintaan solusi industri 4.0 di kawasan Asia Pasifik dinilai terus meningkat. Berbagai perusahaan memberi perhatian pada upaya mendorong produktivitas yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
SINGAPURA, KOMPAS - Kesiapan mengadopsi dan permintaan solusi industri 4.0 di kawasan Asia Pasifik dinilai terus meningkat. Berbagai perusahaan memberi perhatian pada upaya mendorong produktivitas yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
CEO SingEx Holdings, Aloysius Arlando di Singapura menyatakan, membicarakan ihwal penerapan industri 4.0, termasuk soal kecemasan dan hambatannya, merupakan langkah awal mencapai kejelasan.
"Kegiatan tahun ini memberi fokus dan pendekatan khusus untuk mempercepat adopsi industri 4.0 melalui platform pembelajaran praktis dan solusi terukur," ujarnya menjelang penyelenggaraan Industrial Transformation Asia-Pacific
(ITAP) 2019 yang akan digelar di Singapore Expo pada 22-24 Oktober 2019.
Sebanyak 350 perusahaan dari 30 negara akan berpartisipasi di ITAP 2019.
Perusahaan-perusahaan itu bergerak di berbagai bidang, mulai otomasi industri, pabrik digital, manufaktur bernilai tambah, logistik cerdas, hingga energi terintegrasi. Selain itu, ada paviliun nasional, yakni Jerman, China, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Rusia, dan Singapura.
Chairman of Managing Board of Deutsche Messe, Jochen Koeckler menambahkan, berbagai perusahaan yang berbasis di Jerman akan tampil di ITAP 2019.
"Mereka merupakan pemimpin pasar global di berbagai bidang, mulai industri berteknologi tinggi, permesinan, otomotif, kimia, farmasi, elektronika, dan industri dirgantara," ujarnya.
Menurut dia, digitalisasi tidak mengenal batas sehingga kerja sama internasional merupakan salah satu prioritas utama untuk membawa konsep industri 4.0 ke seluruh rantai pasok. "Permintaan di Asia Tenggara terhadap solusi industri 4.0 sangat kuat dan bertumbuh cepat," katanya.
Terkait hal tersebut, penting bagi perusahaan-perusahaan yang menjadi pemimpin di pasar untuk ikut mendukung transformasi industri sejak awal.
Diskusi panel yang menghadirkan enam pembicara dari berbagai negara digelar pada Networking Session and Media Engagement di kediaman Duta Besar Jerman untuk Singapura. Salah satu panelisnya adalah Ketua Dewan Pengurus Daerah Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi Komunikasi Nasional (DPD Aptiknas) DKI Jakarta Fanky Christian.
"Sejak pemerintah kami meluncurkan Making Indonesia 4.0 tahun lalu, beragam aktivitas telah digelar berkaitan industri 4.0," kata Fanky.
Fanky mencontohkan serangkaian seminar yang digelar asosiasi untuk membantu tiap sektor memahami dan mengimplementasikan industri 4.0 sesuai kebutuhan.
Pemerintah melalui peta jalan industri 4.0 telah memilih lima sektor prioritas dalam penerapannya di Indonesia, yakni industri makanan dan minuman, tekstil, otomotif, kimia, serta industri elektronika. "Banyak perusahaan yang berpikir ingin mengimplentasikan industri 4.0," kata Fanky.
Menurut Fanky, perlu ada pelatihan ulang dan peningkatan kemampuan tenaga kerja untuk menyesuaikan perkembangan teknologi. Penerapan teknologi di suatu industri pun tetap berpotensi menyerap tenaga kerja, terlebih ketika unit usaha di industri tersebut bertumbuh.
"Apalagi pasar Indonesia itu besar. Jadi, industrinya pun harus banyak agar menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Tantangannya saat ini adalah bagaimana industri bermunculan," kata Fanky.