Pemerintah menargetkan keinginan menuju Indonesia maju bakal tercapai pada 2030. Namun, semuanya bakal terwujud jika pemerintah berhasil mencetak wirausaha hingga 4 persen dari total jumlah penduduk.
Oleh
ANDREAS BENOE ANGGER PUTRANTO
·2 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Pemerintah menargetkan keinginan menuju Indonesia maju bakal tercapai pada 2030. Hal itu ditandai dengan masuknya Indonesia dalam empat besar negara dengan ekonomi paling berpengaruh. Namun, semuanya bakal terwujud jika pemerintah berhasil mencetak wirausaha hingga 4 persen dari total jumlah penduduk.
Bila pada 2017 total jumlah penduduk Indonesia mencapai 264 juta, setidaknya dibutuhkan 10,5 juta wirausaha. Keterlibatan santri diharapkan dapat membantu tercapainya target 4 persen wirausaha itu.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih dalam Bimbingan Teknis Wirausaha Baru Industri Kecil Menengah (IKM) Berbasis Pondok Pesantren di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (4/10/2019).
”Lulusan pondok pesantren memiliki karakter tekun dan serius. Karakter ini cocok menjadi wirausaha. Mereka sasaran untuk dibina menjadi wirausaha agar setelah keluar dari pondok pesantren siap membuka lapangan pekerjaan,” tuturnya.
Jika ditargetkan ada 10,5 juta wirausaha baru untuk mencapai target Indonesia maju pada 2030, maka 30 persen di antaranya atau sekitar 3 juta berpotensi berasal dari kelompok santri. Gati mengatakan, saat ini terdapat 2.800 pondok pesantren dengan jumlah santri mencapai 4 juta.
Sejak tahun 2013, Kementerian Perindustrian sudah menyasar pondok pesantren untuk mencetak wirausaha baru. Pada tahun itu, terdapat dua pondok pesantren yang dijadikan pusat pelatihan pengembangan wirausaha.
”Dari tahun ke tahun, jumlah pondok pesantren yang kami sasar terus meningkat. Tahun lalu, kami melatih 18 pondok pesantren. Tahun ini, kami menargetkan melatih 27 pondok pesantren,” ujarnya.
Di Banyuwangi, Kementerian Perindustrian melatih Pondok Pesantren Mabadi’ul Iksan yang memiliki 800 santri. Di sana, santri dilatih menjadi wirausaha di bidang kuliner, seperti roti dan olahan ayam goreng.
Salah satu peserta pelatihan adalah Muhyiddin (21). Santri yang gemar memasak ini mendapat pelatihan memasak ayam goreng tepung. Ia menyebutkan, ilmu yang didapatnya sangat bermanfaat.
Di Banyuwangi, Kementerian Perindustrian melatih Pondok Pesantren Mabadi’ul Iksan yang memiliki 800 santri. Di sana, santri dilatih menjadi wirausaha di bidang kuliner.
”Saya pernah memasak ayam goreng tepung, tapi kriuk tepungnya tidak bisa mengembang. Dalam pelatihan, saya diajari bagaimana membuat adonan tepung, melumurinya, hingga memasak agar tepungnya mengembang sehingga ayam goreng saya seperti restoran,” ucapnya.
Muhyiddin mengakui, ilmu yang didapatnya membuat masakan yang diolahnya jauh lebih menarik. Ia berharap, setelah mendapat ilmu kuliner, dirinya juga mendapat modal untuk membuka usaha sebagai wirausaha baru.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Banyuwangi Sih Wahyudi mengatakan siap melanjutkan pembinaan yang telah dimulai Kementerian Perindustrian. Pihaknya menyediakan pendampingan bagi wirausaha baru di Rumah Kreatif.
”Di Rumah Kreatif, kami memberikan konsultasi terkait kemasan. Wirausaha atau pelaku IKM bisa belajar tentang desain dan bentuk pengemasan produk. Rumah Kreatif terbuka bagi siapa saja dan gratis,” tuturnya.