Pertimbangan calon investor dalam memilih lokasi investasi berubah. Sebelumnya, faktor seperti pasar yang besar dan upah tenaga kerja yang lebih kompetitif menjadi pertimbangan utama.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertimbangan calon investor dalam memilih lokasi investasi berubah. Sebelumnya, faktor seperti pasar yang besar dan upah tenaga kerja yang lebih kompetitif menjadi pertimbangan utama.
”Saat ini, pilihan investor terhadap suatu lokasi investasi relatif didasarkan pada kemudahan apa yang dia dapat di negara tersebut,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B Sukamdani di Jakarta, Selasa (15/10/2019).
Hariyadi menuturkan hal itu di sela-sela Indonesia Trade and Investment Summit 2019. Acara ini mengusung tema ”Arah Baru Perdagangan dan Investasi Indonesia”.
Menurut Hariyadi, ukuran pasar yang besar bukan lagi menjadi pertimbangan utama sebagai lokasi investasi. Sekarang, selama memiliki kandungan buatan ASEAN 40 persen, barang yang diproduksi di pabrik mana pun dapat masuk ke negara mana pun di ASEAN tanpa dibebani bea masuk.
Kalangan dunia usaha menilai upaya menarik investasi harus diawali dari kepastian dan kemudahan perizinan. Apalagi, negara-negara tetangga di ASEAN juga berlomba-lomba menarik investasi.
Atraktif
Vietnam terbilang atraktif karena menawarkan berbagai kemudahan berinvestasi. Vietnam juga membuat penawaran yang menarik bagi investor.
Laporan Daya Saing Global 2019 yang dirilis Forum Ekonomi Dunia menyebut Vietnam sebagai negara dengan perbaikan paling signifikan. Vietnam yang pada 2018 di peringkat 77 naik ke peringkat 67 pada 2019.
Menurut Hariyadi, peluang Indonesia menarik investasi tetap ada sepanjang berani mengubah cara pikir. Pemangku kepentingan di Indonesia jangan lagi memandang Indonesia otomatis menjadi lokasi investasi menarik semata-mata karena pasar yang besar, kaya sumber daya alam, atau upah lebih kompetitif.
Sebelumnya, peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menuturkan, kepastian lahan paling berkontribusi dalam kepastian dan daya tarik investasi di Vietnam.
”Kita pernah memiliki itu waktu membikin Otorita Batam. Kepastian lahan di Vietnam, kalau kita baca satu per satu aturannya secara detail, mereka adopsi dari Otorita Batam,” kata Enny.
Enny menambahkan, penanaman modal asing (PMA) di Indonesia pada 2018 mencapai 21,98 miliar dollar AS atau lebih tinggi dibandingkan dengan PMA di Vietnam yang mencapai 15,5 miliar dollar AS. Perbedaannya, pada 2013-2018, realisasi PMA di Vietnam tumbuh 74,16 persen, sedangkan di Indonesia hanya 16,79 persen.
Menurut Enny, investor memerlukan kepastian atau kemudahan regulasi dalam bentuk konkret, misalnya kecepatan pengurusan perizinan. ”Mestinya, ketika pemerintah membuat debirokratisasi atau deregulasi, mesti konkret dan langsung terlihat implementasinya,” ujar Enny.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, selain sumber daya manusia, hal penting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 adalah ekonomi inovasi berbasis manufaktur. (CAS)