Sebanyak 47 peserta di antaranya adalah perusahaan Jepang, terutama bergerak di industri FMCG (fast moving consumer goods) atau barang-barang konsumer lekas ganti. Partisipan mencakup pelaku industri makanan minuman, produk rumah tangga, perawatan diri, dan kosmetika.
Bank penyelenggara berharap temu bisnis itu bisa membantu perusahaan-perusahaan Jepang—yang menjalin hubungan dengan mitra Indonesia—mengenal lebih baik pasar lokal, kondisi, dan regulasi setempat.
Sebaliknya, perusahaan Indonesia dapat memperoleh manfaat dari kepentingan bisnis serta investasi mitranya dari Jepang untuk mengembangkan bisnis serta menggarap pasar. Penyelenggara juga berharap jejaring dan kolaborasi yang terbangun bisa membantu pertumbuhan bisnis para klien juga berdampak positif bagi perbankan.
Acara temu bisnis serupa juga digelar di berbagai kesempatan sebelumnya. Pada akhir September 2019, misalnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menggelar Indonesia-Tiongkok Business Matching di Mandarin Oriental, Jakarta.
Perusahaan Indonesia berkesempatan bertemu secara bisnis ke bisnis dengan delegasi China yang bergerak di berbagai sektor, mulai perbankan, jasa keuangan, investasi, pertambangan, rekayasa permesinan, konstruksi infrastruktur, peralatan baja, kawasan industri, otomotif, hingga teknologi informasi.
Investasi dan ekspor belakangan kerap didengungkan sebagai kunci penting pertumbuhan ekonomi. Alhasil, penyelenggaraan temu bisnis diharapkan dapat ikut menopang pertumbuhan investasi dan ekspor Indonesia.
Merujuk data Badan Pusat Statistik, Jepang merupakan negara tujuan ekspor nonmigas terbesar ketiga Indonesia; setelah China dan Amerika Serikat. Total ekspor nonmigas Indonesia ke Jepang pada Januari-September 2019 tercatat 10,23 miliar dollar AS atau 8,92 persen dari total ekspor nonmigas periode tersebut yang 114,75 miliar dollar AS.
Sebagai perbandingan, ekspor nonmigas Indonesia ke China sepanjang Januari-September 2019 tercatat 18,35 miliar dollar AS. Nilai ini setara 15,99 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2019.
Di sisi lain, Jepang merupakan negara terbesar kedua asal impor nonmigas Indonesia setelah China. Total impor nonmigas Indonesia dari Jepang pada Januari-September 2019 tercatat 11,82 miliar dollar AS atau 10,72 persen dari total impor nonmigas periode tersebut senilai 110,25 miliar dollar AS.
Adapun impor nonmigas Indonesia dari China periode Januari-September 2019 tercatat mencapai 32,35 miliar dollar AS. Nilai ini setara 29,34 persen—nyaris sepertiga—dari total impor nonmigas Indonesia di periode tersebut.
Sementara itu, Badan Koordinasi Penanaman Modal mendata pada Januari-Juni 2019, Jepang merupakan negara asal investasi terbesar kedua di Indonesia. Sepanjang semester I-2019, tercatat 3.708 investasi Jepang di Indonesia senilai 2,358 miliar dollar AS, sementara investor China berinvestasi di 1.518 proyek senilai 2,289 miliar dollar AS.
Temu bisnis hendaknya jadi salah satu cara yang perlu ditempuh untuk menggali peluang. Kini beberapa korporasi nasional mampu menggarap pasar global, termasuk berinvestasi di luar negeri untuk menggarap pasar setempat. Tantangan bagi para pelaku industri agar makin berdaya saing di kancah global. (C ANTO SAPTOWALYONO)