Indonesia dinilai berpotensi besar mengembangkan industri perikanan budidaya laut. Salah satu bisnis perikanan budidaya yang bisa digarap adalah kakap putih atau baramundi. Potensi itu menjadi perhatian Norwegia.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia dinilai berpotensi besar mengembangkan industri perikanan budidaya laut. Salah satu bisnis perikanan budidaya yang bisa digarap adalah kakap putih atau baramundi. Potensi itu menjadi perhatian Norwegia.
Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Vegard Kaale mengemukakan, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah penduduk nomor empat di dunia, Indonesia memiliki potensi perikanan budidaya dengan pasar luar biasa. Namun, pengembangan bisnis perikanan terpadu di Indonesia perlu upaya untuk menggali berbagai peluang, mengidentifikasi mitra yang andal, serta mempelajari regulasi untuk memastikan seluruh proses bisnis berjalan baik dari hulu hingga ke hilir.
”Kejelasan regulasi sangat penting bagi investor, yakni investor dapat mengetahui persyaratan yang harus dipenuhi. Kepastian menjadi kata kunci,” katanya dalam Seminar Perikanan Budidaya Berkelanjutan, di Jakarta, Senin (21/10/2019).
Pekan lalu, perusahaan teknologi resirkulasi perikanan asal Norwegia, Sterner AS, dan perusahaan perikanan asal Indonesia, El Rose Brothers, menandatangani kerja sama perikanan budidaya terpadu melalui penerapan sistem resirkulasi perikanan budidaya untuk budidaya ikan kakap putih di DI Yogyakarta. Investasinya 50 juta dollar AS. Dengan teknologi itu, produksi kakap putih ditargetkan sebanyak 2.500 ton per tahun.
Investasi perusahaan asal Norwegia di Indonesia merupakan yang kedua di bidang perikanan budidaya.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, investasi Norwegia di Indonesia pada Januari-Juni 2019 sebesar 10,5 juta dollar AS pada 35 proyek.
Vegard menambahkan, perikanan budidaya berperan penting, seperti tertuang dalam Agenda Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s) 2030, yakni solusi untuk masalah ketahanan pangan dan nutrisi, serta memerangi kelaparan. Selain itu, membantu mitigasi perubahan iklim serta memproduksi pangan dengan emisi yang lebih rendah dibandingkan dengan daging merah.
Keberhasilan Norwegia dalam mengembangkan perikanan budidaya selama 50 tahun terakhir antara lain ditopang penerapan regulasi dan kebijakan berbasis daya dukung lingkungan. Selain itu, inovasi teknologi juga diterapkan untuk produksi yang lebih efisien serta berkoordinasi dengan sektor lain, seperti sektor minyak dan gas sehingga mencegah konflik antarsektor.
Membuka diri
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto mengemukakan, pemerintah terus membuka diri terhadap investasi di sektor perikanan budidaya. Pemanfaatan budidaya laut terbuka luas.
Potensi lahan perikanan budidaya laut di Indonesia seluas 12,1 juta hektar, tetapi pemanfaatannya baru 325.825 hektar atau 2,69 persennya. Komoditas perikanan yang berpotensi digarap Norwegia di Indonesia adalah kakap putih dan kerapu. Teknologi perikanan dari Norwegia diharapkan mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi, serta kebutuhan penggunaan lahan dan air yang terbatas.
”Kami mengundang investor Norwegia untuk mengeksplorasi peluang investasi dalam pengembangan pusat perikanan dan kelautan terpadu,” katanya.
Beberapa kawasan di wilayah perbatasan yang potensial untuk pengembangan usaha perikanan terpadu adalah Natuna, Saumlaki, Merauke, Mentawai, Nunukan, Talaud, Morotai, Biak Numfor, Mimika, Rote Ndao, Sumba Timur, dan Sabang.
Slamet menambahkan, saat ini KKP bekerja sama dengan Pemerintah Norwegia dalam proyek pengembangan perikanan budidaya kelautan berkelanjutan di Indonesia. Norwegia memberikan bantuan teknis dalam budidaya laut dan merumuskan peraturan khusus tentang budidaya ikan.
Pada 2020-2021, Pemerintah Norwegia mengalokasikan bantuan hibah Rp 6 miliar. Dana ini untuk empat hal, yakni peningkatan kapasitas, penyakit, genetika, dan penyusunan standar operasional budidaya laut.
”Dengan kolaborasi ini, Indonesia dapat mengelola kegiatan dan bisnis budidaya laut secara berkelanjutan serta membangun peraturan budidaya ikan yang kuat,” katanya.