JAKARTA, KOMPAS — Institute for Development of Economics and Finance atau Indef memperkirakan Indonesia akan menghadapi masa sulit akibat tekanan ekonomi global. Di sisi lain, ada tantangan jika ingin mendongkrak perekonomian domestik.
”Konsumsi rumah tangga mentok di 5 persen. Jadi, saran saya, pemerintah jangan lagi membuat kebijakan-kebijakan sampai akhir tahun yang bisa mengganggu konsumsi rumah tangga,” kata peneliti Indef, Abdul Manap Pulungan, di Jakarta, Kamis (7/11/2019).
Abdul Manap mengatakan hal tersebut menanggapi pertanyaan di sesi tanya jawab konferensi pers Indef bertajuk ”Antisipasi Risiko Resesi: Respons Kinerja Ekonomi Triwulan III-2019”.
Perekonomian RI pada triwulan III-2019 tumbuh 5,02 persen. Konsumsi rumah tangga jadi penopang, dengan porsi 56,52 persen. Konsumsi rumah tangga tumbuh 5,01 persen.
Abdul Manap mengatakan, November dan Desember merupakan momentum terakhir untuk mengejar pertumbuhan ekonomi 2019.
”Mengejar dari sisi perdagangan, saya rasa agak sulit karena tidak ada stimulus yang bisa mendorong ekspor kita tumbuh lebih tinggi,” katanya.
Apalagi, negara tujuan utama ekspor Indonesia, yakni China dan Amerika Serikat, yang sedang dalam situasi perang dagang, juga tengah menghadapi tantangan dan gejolak ekonomi. ”Untuk memperlebar jangkauan negara tujuan ekspor juga sulit. Sebanyak 70 persen nilai ekspor kita terkonsentrasi ke 13 negara saja. Saat 13 negara ini bergejolak, ya, ekspor akan lunglai,” ujar Abdul Manap.
Peneliti Indef Ahmad Hari Firdaus menambahkan, satu-satunya jalan bagi Indonesia hingga akhir tahun untuk mengejar pertumbuhan ekonomi adalah menjaga kestabilan harga, terutama harga kebutuhan pokok.
”Stabilitas harga, terutama kebutuhan pokok, harus dijaga. Kalau sampai tidak stabil, nanti inflasi akan tinggi, daya beli melemah, sehingga mengganggu konsumsi yang kontribusinya 56 persen,” kata Ahmad Hari.
Investasi
Menurut Ahmad Hari, hal penting lain yang mesti dilakukan pemerintah adalah menjaga investor yang sudah ada di Indonesia. ”Selama ini saya lihat paket-paket kebijakan yang telah dibuat terlalu memberikan karpet merah bagi pendatang baru. Sementara itu lupa terhadap investor yang sudah eksis,” katanya.
Direktur Program Indef Esther Sri Astuti menuturkan, perlu stimulus investasi serta diversifikasi produk dan diversifikasi pasar ekspor. ”Investasi dan ekspor menjadi faktor fundamen yang harus dijaga. Akan tetapi, tantangannya memang masih berat,” kata Esther.
Secara terpisah, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih banyak didorong konsumsi domestik. Terkait hal tersebut, dunia usaha berharap daya beli masyarakat tetap terjaga.