Sinergi perindustrian dan pariwisata berpotensi mendorong pertumbuhan industri makanan minuman. Langkah kolaboratif diambil untuk meningkatkan pertumbuhan sektor makanan-minuman sebagai salah satu industri strategis.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sinergi lintas sektor, termasuk antara perindustrian dan pariwisata, berpotensi mendorong pertumbuhan industri makanan minuman. Langkah kolaboratif mesti diambil untuk meningkatkan pertumbuhan sektor makanan-minuman sebagai salah satu industri strategis di Tanah Air.
”Investasi, ujung-ujungnya perlu pemasaran, yang salah satunya untuk mengenalkan produk kepada khalayak, baik dalam negeri maupun luar negeri,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Abdul Rochim di Jakarta, Senin (11/11/2019).
Abdul Rochim menyampaikan hal itu pada konferensi pers menjelang SIAL Interfood Expo 2019. Pameran akan berlangsung di JIExpo Kemayoran, Jakarta, pada 13-16 November 2019.
Kemenperin mencatat pertumbuhan industri makanan minuman hingga triwulan III-2019 sebesar 7,72 persen, atau masih di bawah target 8 persen.
”Kita tahu pada semester I-2019 ada pemilihan legislatif dan pemilihan presiden sehingga investor sedikit mengerem atau menunda. Wait and see, istilahnya,” ujar Abdul Rochim.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Adhi S Lukman mengatakan, industri makanan-minuman harus bisa tumbuh lebih cepat lagi.
”Mudah-mudahan target pertumbuhan 8-9 persen tahun ini bisa tercapai. Tahun depan kami ingin lebih tinggi dan harus dikejar bersama-sama,” ujar Adhi.
Menurut Adhi, pameran merupakan salah satu langkah untuk menampilkan produk baru atau inovasi agar industri makanan dan minuman bisa mengglobal atau go international.
”Kita perlu berkolaborasi. Industri pariwisata di banyak negara yang menjadi destinasi wisata dunia erat kaitannya dengan produk makanan dan minuman,” kata Adhi.
Ketua Tim Percepatan Wisata Belanja Kuliner Kementerian Pariwisata Vita Datau Messakh menuturkan, pihaknya meyakini Interfood di Indonesia sebanding dengan pameran makanan minuman terbesar di Eropa.
Menurut Vita, pengunjung pameran dari sejumlah negara akan berdampak terhadap sektor pariwisata. ”Pameran ini sudah menjadi sebuah destinasi wisata kuliner dan belanja, bukan saja dari luar negeri tetapi juga dari dalam negeri,” katanya.
Vita menuturkan, sekitar 30-35 persen belanja orang yang berwisata adalah untuk makanan dan minuman. Belanja lain untuk hotel, transportasi, dan lainnya.
Vita menambahkan, Interfood juga dapat dimanfaatkan pengusaha rintisan untuk mempelajari praktik terbaik pelaku industri makanan minuman dari berbagai negara. ”Juga kesempatan menjalin jejaring dengan orang yang tepat untuk mengembangkan bisnis berbasis ekonomi kreatif,” ujarnya.
Chief Executive Officer Krista Exhibitions Daud Dharma Salim mengatakan, Interfood 2019 diikuti 880 perusahaan dari 30 negara. Tahun lalu, Interfood dikunjungi sekitar 65.000 orang, termasuk 2.500 pengunjung internasional dari 72 negara.
Saat ini banyak orang di sejumlah kota besar dunia mencari makanan yang cepat diolah dan dikonsumsi. ”Itu semua perlu didukung teknologi dan lainnya. Pameran juga menampilkan peralatan hotel, restoran, kafe, peralatan pengemasan, dan lainnya,” kata Daud.
Suasana konferensi pers jelang SIAL Interfood Expo 2019 di Ruang Rajawali, Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (11/11/2019). Pameran tersebut akan berlangsung di JIExpo Kemayoran Jakarta 13-16 November 2019.