Kenaikan Harga Bawang Merah Belum Menguntungkan Petani
Harga bawang merah yang melonjak tidak dinikmati sebagian besar petani Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Petani belum dapat menanam komoditas tersebut karena kekeringan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Harga bawang merah yang melonjak tidak dinikmati sebagian besar petani Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Petani belum dapat menanam komoditas tersebut karena kekeringan. Padahal, petani menantikan harga bawang merah naik setelah anjlok pada musim panen sebelumnya.
Pengamatan Kompas, Kamis (14/11/2019), lahan di sentra bawang merah Cirebon di Kecamatan Gebang, Babakan, dan Pabedilan belum ditanami bibit bawang. Meskipun tanah sudah dibalik, petani belum dapat menanam karena kesulitan air. Saluran irigasi masih kering, bercampur sampah plastik.
”Biasanya, awal November, lahan bawang di sini sudah hijau. Sekarang, jangankan hijau, menanam saja belum bisa karena tidak ada air,” kata Saripin (52), petani di Gebang. Siang itu, air yang berasal dari Waduk Darma di Kabupaten Kuningan baru menggenangi saluran irigasi di sekitar lahannya, tetapi belum mampu mengairi lahannya.
Saripin belum bisa memprediksi waktu memproduksi bawang merah sebab hujan belum turun. Padahal, harga komoditas tersebut saat ini sedang tinggi. Di tingkat petani, katanya, harga bawang merah kering mencapai Rp 20.000 per kilogram.
Biasanya, awal November, lahan bawang di sini sudah hijau. Sekarang, jangankan hijau, menanam saja belum bisa karena tidak ada air.
Di tingkat konsumen, berdasarkan data E-Tuku, laman pemantau harga komoditas di pasar Kota Cirebon, harga bawang merah mencapai lebih dari Rp 25.000 per kilogram.
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional mencatat, pada Kamis harga komoditas itu mencapai Rp 32.050 per kg di Jabar dan Rp 36.650 per kg di DKI Jakarta. Sebulan lalu, harga bawang merah di kedua daerah itu masih berkisar Rp 24.000-Rp 29.000 per kg.
Padahal, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen mengatur harga bawang merah untuk rogol askip di tingkat konsumen sejumlah Rp 32.000 per kg. ”Harga bawang merah saat ini sangat bagus, tetapi kami tidak menikmatinya. Enggak punya barangnya, sih,” ungkapnya.
Padahal, ketika panen raya pada Agustus hingga awal September lalu, harga bawang merah di tingkat petani menyentuh Rp 7.000 per kg. Ini jauh lebih rendah dibandingkan Permendag Nomor 27 Tahun 2017 yang mengatur harga acuan di tingkat petani Rp 15.000 per kg dan konde askip (dengan daun) Rp 18.300 per kg.
”Saya hanya kembali modal saat panen kemarin. Enggak ada untung dari panen 30 ton,” ujar petani yang menggarap lahan 2,1 hektar dengan biaya sewa per tahun mencapai lebih dari Rp 54 juta. Adapun modal tanamnya mencapai Rp 220 juta.
Segera panen
Kepala Seksi Sayuran dan Tanaman Hias Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Mohamad Ropai mengatakan, saat ini hanya ada sekitar 10 hektar lahan bawang di Pabuaran Lor yang tanam dan akan panen. ”Padahal, sasaran tanam November sekitar 400 hektar. Petani tidak bisa menanam karena enggak ada air. Mau bagaimana lagi,” katanya.
Menurut dia, kekeringan kali ini cukup parah. Katanya, paling telat petani bawang merah menanam saat awal November agar ketika panen akhir Desember atau awal Januari tanaman tidak rusak karena hujan deras.
Namun, kali ini, sebagian besar petani belum menanam bawang merah. Daerah sentra bawang di Cirebon bagian timur juga belum memiliki waduk atau bendungan. Sementara Waduk Darma di Kuningan harus mengairi daerah Kuningan, Cirebon, hingga Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon mencatat, luas tanam bawang merah pada 2018 mencapai 3.664 hektar. Jumlah ini berkurang dibandingkan pada 2017, yakni 4.303 hektar. Produksi bawang merah pun berkurang dari 38.373 ton tahun 2017 menjadi 35.647 ton tahun lalu.