Perbankan Tekan Biaya Operasional demi Kinerja Positif
BTN berkomitmen terus memupuk rasio cadangan kerugian penurunan nilai. Dengan strategi tersebut, per triwulan III-2019, BTN mencatatkan perolehan laba senilai Rp 801 miliar.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perbankan berupaya menekan beban operasional untuk mencatatkan kinerja positif di tengah melemahnya fungsi intermediasi. Pasalnya, perlambatan ekonomi global mulai berdampak pada penyaluran kredit perbankan.
Citibank NA Indonesia mencatatkan laba bersih sebesar Rp 2,38 triliun pada triwulan III-2019, tumbuh 71,2 persen dibandingkan dengan periode sama tahun 2018 sebesar Rp 1,39 triliun.
CEO Citibank NA Indonesia Batara Sianturi, di Jakarta, Senin (7/5/2018), mengatakan, pertumbuhan laba bersih merupakan hasil peningkatan pendapatan bunga bersih triwulan III-2019 sebesar 7,6 persen menjadi Rp 3,4 triliun dibandingkan triwulan III-2018.
Selain itu, pada periode waktu yang sama, Citibank Indonesia juga mampu menekan beban operasional selain bunga sebanyak 54,7 persen, dari Rp 1,98 triliun pada triwulan III-2018 menjadi Rp 905 miliar pada triwulan III-2019.
”Di luar capaian pertumbuhan profitabilitas, Citibank akan terus mempertahankan modal yang kuat dan kualitas aset yang baik,” kata Batara.
Meski mencatatkan pertumbuhan laba bersih, Batara mengakui apabila perusahaan kurang ekspansif dalam menjalankan fungsi intermediasi. Hal ini tecermin pada penurunan penyaluran kredit hingga 11,4 persen, dari 31 Desember 2018 tercatat sebesar Rp 49,9 triliun menjadi Rp 44,8 triliun pada 30 September 2019.
Menurut Batara, sejumlah nasabah korporasi, terutama sektor perantara keuangan, pertambangan, dan komunikasi, tidak memperbarui portofolio pembiayaan. Kondisi ini merupakan bagian dari dampak perlambatan ekonomi global karena banyak nasabah Citi Indonesia merupakan perusahaan multinasional.
”Tren perlambatan penyaluran kredit memang tengah menerpa industri keuangan. Proyeksi kami pada akhir tahun Citi mencatatkan perlambatan pertumbuhan kredit di kisaran 10 persen,” ujar Batara.
Dia pun berharap permintaan kredit akan kembali normal tahun 2020. Terlebih lagi, Bank Indonesia telah melakukan sejumlah pelonggaran makroprudensial untuk merangsang permintaan pembiayaan, termasuk memangkas suku bunga acuan hingga ke level 5 persen.
Cadangan kerugian
Dalam keterangan resminya, Plt Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Oni Febriarto berkomitmen untuk terus memupuk rasio cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN). Dengan strategi tersebut, per triwulan III-2019 BTN mencatatkan perolehan laba senilai Rp 801 miliar.
Perseroan mengerek naik nilai CKPN atau provisi sebesar 21,34 persen dari Rp 1,79 triliun pada September 2018 menjadi Rp 2,18 triliun pada September 2019. Secara rasio, CKPN perseroan naik ke level 52,67 persen pada September 2019, dari 38,58 persen di bulan yang sama tahun sebelumnya.
”Kami juga lakukan efisiensi, tecermin dari pertumbuhan biaya operasional tahunan hanya sebesar 1,3 persen per September 2019. Turun jauh dibandingkan dengan kenaikan pada September 2018 sebesar 11,2 persen,” ujarnya.
Pada triwulan III-2019, BTN mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 16,75 persen dari Rp 220,07 triliun pada September 2018 menjadi Rp 256,93 triliun pada September 2019. Kenaikan kredit ini ditopang pertumbuhan positif pada KPR bersubsidi.
Di sisa tahun 2019, lanjut Oni, BTN akan tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian, perbaikan kualitas, dan penyesuaian dengan likuiditas dalam penyaluran kreditnya. Dengan fokus tersebut, perseroan membidik pertumbuhan kredit yang lebih realistis di angka 8 persen hingga 10 persen.
Pada triwulan III-2019, BTN mencatatkan pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 18,1 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. DPK BTN mencatatkan kenaikan dari Rp 195,05 triliun pada September 2018 menjadi Rp 230,35 triliun pada September 2019.