”If you want to go fast, go alone. If you want to go far, go together.” Kalau mau jalan cepat, berjalanlah sendiri. Kalau mau menempuh perjalanan panjang, berjalanlah bersama-sama.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
Pepatah Afrika ini dikutip Wakil Ketua Umum Bidang Agribisnis, Pangan, dan Kehutanan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Franky O Widjaja pada awal November 2019.
Dia menempatkan pepatah itu pada bagian akhir sambutannya pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Agribisnis, Pangan, dan Kehutanan serta Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan. Rakornas Kadin Indonesia mengusung tema Produktivitas dan Daya Saing Pertanian dan Industri Pangan.
Terinspirasi pepatah Afrika tadi, saat hendak menutup sambutannya, Franky mengusulkan untuk bersama-sama bergandengan tangan menempuh perjalanan panjang atau berkesinambungan, sekaligus cepat. Konteks terdekatnya, dalam lima tahun mendatang, para pemangku kepentingan diajak bersinergi membangun agribisnis agar memberikan 1,5 persen tambahan terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Kadin Indonesia mencatat, agribisnis, dari hulu dan hilir, selama ini berkontribusi 1 persen dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sekitar 5 persen. Tambahan 1,5 persen terhadap angka pertumbuhan ekonomi itu amat berarti. Kebersamaan pemangku kepentingan jelas dibutuhkan untuk mencapainya. Apalagi, pangan selalu dan akan selalu dibutuhkan manusia.
Populasi penduduk Indonesia, yang lebih dari 260 juta jiwa, akan terus meningkat. Di sisi lain, ada beragam tantangan yang harus dihadapi bersama dalam meningkatkan produksi tanaman pangan.
Tantangan tersebut, antara lain soal keterbatasan lahan, bibit, teknologi, dan dampak negatif perubahan iklim. Di titik ini, peningkatan produktivitas tanaman pangan merupakan hal penting.
Peran Kementerian Riset dan Teknologi dalam mendorong penelitian serta inovasi untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian pun mengemuka di Rakornas Kadin Indonesia tersebut.
Menurut Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro, diskusi berseri dengan pelaku usaha yang dapat membaca pasar dibutuhkan agar penelitian atau inovasi yang dihasilkan tidak berhenti hanya sebagai purwarupa. Terkait hal tersebut, kerja sama riset antara pemerintah, lembaga penelitian, dan dunia usaha di sektor pertanian dari hulu ke hilir didorong untuk bersama-sama meningkatkan produktivitas tanaman pangan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor produk pertanian periode Januari-Oktober 2019 sekitar 2,9 miliar dollar AS atau naik 3,4 persen secara tahunan. Sementara sektor lain, seperti industri pengolahan dan pertambangan, tumbuh minus. Sektor pertanian berkontribusi 2,09 persen terhadap struktur nilai ekspor pada Januari-Oktober 2019.
Sektor pertanian mesti terus didukung untuk meningkatkan kontribusinya terhadap perekonomian. Kekuatan industri pengolahan dibutuhkan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk agro agar mampu mengisi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
Alhasil, masih banyak sinergi yang harus terus dibangun untuk memanfaatkan potensi agribisnis yang melimpah di Tanah Air. Seperti yang berulang kali disuarakan berbagai kalangan: Indonesia harus mampu memanfaatkan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif.
Saatnya bagi para pemangku kepentingan untuk bersama-sama mempererat gandengan tangan.