Penurunan Kunjungan Wisman Tak Semata Faktor Musiman
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada Oktober 2019 mencapai 1,35 juta orang, turun dibandingkan September 2019 yang 1,4 juta orang. Ada faktor lain selain faktor musiman yang dinilai jadi penyebab penurunan itu.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Pusat Statistik mencatat, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada Oktober 2019 mencapai 1,35 juta orang, turun dibandingkan pada September 2019 yang sebanyak 1,4 juta orang. Tren penurunan pada bulan Oktober serupa di tahun-tahun sebelumnya. Namun, penurunan itu dinilai tidak semata karena faktor musim.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sepanjang Januari-Oktober 2019, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), mencapai 13,62 juta orang. Angka itu naik 2,85 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Namun, jumlah kunjungan Oktober 2019 turun dibandingkan bulan sebelumnya dan diduga karena faktor musim libur yang belum tiba.
Menurut Pelaksana Tugas Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Guntur Sakti, melalui keterangan pers, Rabu (4/12/2019) malam, menyatakan, selain faktor musiman, penurunan jumlah kunjungan wisman Oktober 2019 juga terjadi karena faktor lain. Ada kendala lain di sejumlah negara.
Beberapa negara, seperti Australia, kata Guntur, memberikan sorotan ke Indonesia karena kondisi politik. Pemerintah Australia bahkan menerbitkan imbauan (travel advice) bagi warganya terkait kemungkinan diberlakukannya sejumlah peraturan yang dianggap kurang menguntungkan wisatawan.
Menurut Guntur, terkait sejumlah isu di Indonesia, hampir 90 persen dari hasil crawling data media sosial Australia menunjukkan sentimen negatif. Kerusuhan di Wamena, contohnya, menjadi salah satu perhatian bagi Australia. Beberapa warga negaranya tertangkap dan diduga terlibat dalam aksi tersebut.
Pelambatan ekonomi
”Tren wisatawan global juga sedang mengalami penurunan, terutama dari Eropa. Wilayah itu sedang mengalami pelambatan ekonomi akibat sejumlah hal, antara lain Brexit di Inggris, Yellow Vaste di Perancis, dan isu integrasi di Spanyol,” ujarnya.
Menurut Guntur, pihaknya tidak mengelak soal wisatawan Eropa yang lebih tertarik berwisata ke negara ASEAN lain, seperti Thailand dan Vietnam, ketimbang Indonesia. Sebab, paket wisata di Thailand dan Vietnam dinilai lebih murah.
Kunjungan wisatawan India yang digadang-gadang menjadi pendongkrak kunjungan belum membuahkan hasil. Penurunan wisatawan India, yang mendominasi Bali, terjadi karena tidak ada lagi penerbangan langsung dari India ke Indonesia seperti tahun lalu. Selain itu, juga ada pelaksanaan sejumlah festival keagamaan di India selama periode Agustus-Oktober 2019, mulai dari Ganesh hingga Diwali.
Sama seperti India, wisatawan asal China yang diharapkan menjadi andalan juga turun. Hal itu terjadi karena banyak pesawat sewa yang batal terbang sejak sekitar delapan bulan lalu. Hampir semua maskapai nasional yang menawarkan sewa, seperti Citilink, Garuda, dan Sriwijaya, mengalami banyak pembatalan dan pengurangan frekuensi sehingga sangat terasa penurunannya.
Sesuai data BPS yang diolah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, secara kumulatif Januari-Oktober 2019, wisatawan yang datang dari wilayah ASEAN naik persentasenya paling tinggi, yaitu 17,78 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara dari wilayah Asia selain ASEAN, memiliki persentase penurunan paling besar, yaitu 10,28 persen.
Adapun berdasarkan kebangsaan, kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia selama 2019 paling banyak berasal dari Malaysia yang mencapai 2,58 juta kunjungan (18,94 persen), China 1,77 juta kunjungan (13,01 persen), Singapura 1,55 juta kunjungan (11,38 persen), Australia 1,15 juta kunjungan (8,42 persen), dan Timor Leste 1,02 juta kunjungan (7,48 persen).
Sebelumnya, di sela-sela acara diskusi Sustainable Development Tourism, Senin (14/10/2019), di Jakarta, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Haryadi B Sukamdani mengingatkan, kondisi perekonomian global akan berdampak pada kunjungan wisatawan mancanegara. Untuk mendongkrak kunjungan wisman berkualitas, strategi penjualan destinasi mesti diperkuat.