Gas bumi punya banyak peran strategis. Sayangnya, dalam sejarahnya gas bumi di Indonesia lebih dominan berfungsi sebagai komoditas untuk mengumpulkan devisa, ketimbang modal penggerak ekonomi dalam negeri.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
Mau tahu berapa cadangan terbukti gas bumi Indonesia? Data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 2019 menyebutkan, cadangan terbukti gas bumi kita sebanyak 102,9 triliun kaki kubik (TCF). Nominal triliun terdengar sangat besar, tetapi sesungguhnya itu hanya setara dengan 1,5 persen dari total cadangan terbukti gas bumi di dunia.
Negara yang ada di urutan pertama pemilik cadangan gas bumi terbanyak adalah Rusia, yakni 1.234,9 TCF. Berikutnya adalah Iran (1.173 TCF), Qatar (879,9 TCF), Turkmenistan (688,1 TCF), dan Amerika Serikat (308,5 TCF). Arab Saudi, negara petro dollar itu, ada di peringkat keenam dengan jumlah cadangan terbukti sebanyak 283,8 TCF. Dalam daftar panjang negara pemilik gas bumi, Indonesia bertengger di posisi ke-13.
Sejarah mencatat bahwa Indonesia pernah menjadi eksportir gas alam cair terbesar di dunia lewat PT Arun LNG yang ada di Kota Lhokseumawe, Aceh. Mulai berproduksi sejak 1979, gas Arun diekspor ke Jepang dan Korea Selatan. Pada 1990, Arun tercatat sebagai produsen gas alam terbesar di dunia dengan kapasitas produksi mencapai 1,5 juta metrik ton per tahun.
Kini, sumur gas Arun kering kerontang. Operasi di Arun pun terhenti sejak Oktober 2014. Fasilitas yang ada di sana diubah fungsinya menjadi terminal regasifikasi yang mendapat pasokan gas alam cair dari Tangguh, Papua Barat. Sejumlah fasilitas umum yang dibangun saat Arun berjaya menjadi terbengkalai seiring dengan matinya sumur gas di sana.
Lantas, apa hasil gas Arun? Tak begitu menggembirakan. Berdasarkan data statistik, angka kemiskinan di Aceh per Maret 2019 sebesar 15,32 persen atau jauh di atas rata-rata angka kemiskinan nasional pada periode yang sama sebesar 9,41 persen. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Aceh pada 2018 adalah 71,19 atau sedikit di bawah IPM nasional yang sebesar 71,39.
Mengurangi ekspor
Pemerintah, kendati agak telat, lambat laun sadar bahwa pembangunan tak cukup digerakkan hanya dengan mengandalkan penjualan komoditas mentah. Sumber daya alam idealnya dimanfaatkan di dalam negeri untuk modal penggerak perekonomian. Gas bumi, yang suatu saat nanti pasti akan habis dan tak terbarukan, tidak bisa selamanya diandalkan sebagai pengumpul devisa.
Sejak 2013, serapan gas ke pasar domestik lebih tinggi dibandingkan gas yang diekspor. Saat itu, porsi gas untuk pasar domestik mencapai 52 persen dan 48 persen diekspor. Hingga saat ini atau triwulan III-2019, porsi gas untuk domestik kian membesar menjadi 66 persen dan ekspor gas turun menjadi 34 persen.
Sayangnya, porsi serapan domestik yang terus meningkat tak cukup untuk menyelesaikan masalah. Dalam rapat dengar pendapat di Komisi VII DPR, industri pupuk mengeluhkan potensi kekurangan pasokan gas di samping harga gas yang disebut lebih mahal dari harga keekonomian mereka. Gas bumi adalah bahan baku utama pupuk yang menjadi napas bagi pertanian di Indonesia.
Sebagian kontrak pasokan gas untuk industri pupuk di bawah naungan PT Pupuk Indonesia (Persero) bakal berakhir pada 2022 dan 2023. Mulai 2024, apabila tanpa tindakan berarti, pasokan gas untuk industri tersebut hanya cukup memenuhi 60 persen dari total kebutuhan gas. Belum ada kejelasan nasib kekurangan pasok tersebut.
Pemerintah sudah menyiapkan beberapa skenario umum, seperti percepatan pengembangan lapangan gas potensial dan peningkatan produksi gas. Namun, fakta menunjukkan bahwa produksi gas kita terus turun dalam lima tahun terakhir. Pengembangan lapangan gas potensial juga berlarut-larut akibat birokrasi kompleks, Blok Masela adalah contohnya.
Usaha untuk memperbesar pemanfaatan gas bumi dalam negeri patut diapresiasi. Sebaiknya, cerita gas Arun harus menjadi pelajaran. Tak hanya di komoditas gas, tetapi juga komoditas lain, seperti batubara, nikel, tembaga, bauksit, dan mineral lainnya. Sumber daya alam harus menjadi modal penggerak perekonomian dalam negeri, bukan barang dagangan semata.