Serat alam berpotensi dikembangkan di Indonesia. Upaya itu memerlukan kerja sama banyak pihak, termasuk akademisi, pebisnis, dan pemerintah.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Serat alam berpotensi dioptimalkan sebagai bahan baku industri di Indonesia. Namun, upaya tersebut masih menghadapi tantangan, terutama di sisi peningkatan pasokan dan mutu serta dukungan teknologi.
”Semua pihak, yakni akademisi, pebisnis, dan pemerintah, harus bekerja sama dalam mengoptimalkan serat alam,” kata Ketua Dewan Serat Indonesia Euis Saedah dalam Simposium Serat Alam Indonesia di Jakarta, Selasa (11/12/2019).
Simposium mengusung tema ”Optimalisasi Sumberdaya Lokal bagi Industri Berbasis Serat Alam”. Simposium tersebut dihadiri pengurus Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Dewan Serat Indonesia, serta pembicara dari kalangan akademisi, pebisnis, dan pemerintah.
Akademisi IPB University, Ono Suparno, dalam paparannya mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil komoditas serat alam. Jenis serat alam mencakup serat nabati, seperti kapas, rami, sisal, sabut kelapa, yute, kenaf, pisang abaka, dan daun nanas.
Ada juga serat hewani, seperti sutra, wol, dan serat kolagen. ”Lewat pengolahan yang sesuai, serat alam dapat digunakan untuk beragam produk,” kata Ono.
Penggunaan serat alam, tambah Ono, antara lain untuk tekstil, kulit samak, tali atau tambang, bahan pengisi, dan produk anyaman. Selain itu, juga digunakan untuk atap bangunan, kain sintetik, kertas, serta bahan bangunan dan konstruksi.
Menurut Ono, keunggulan serat alam antara lain sebagai sumber bahan baku yang dapat diperbarui. Serat alam juga mempunyai sifat fisik dan mekanik yang baik. ”Selain itu, juga ramah lingkungan, mudah terdegradasi, dan mampu menyerap karbondioksida yang cukup besar,” ujarnya.
Serat alam Indonesia, ujar Ono, berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan baku aneka industri dengan meningkatkan pasokan dan mutu.
Pengajar Politeknik Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung, Mohamad Widodo, dalam simposium, memaparkan, inovasi teknologi dalam meningkatkan produktivitas industri berbasis serat alam.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perindustrian Johnny Darmawan mengatakan, pemenuhan skala ekonomi dan dukungan teknologi dibutuhkan dalam mendorong industri serat alam. ”Aspek QCD (quality, cost, and delivery) ini hal penting dalam dunia industri,” ujarnya. (CAS)