Indonesia berharap bisa menjadi titik kumpul atau "hub" produksi otomotif dunia dan menargetkan bisa mengekspor setidaknya satu juta unit pada 2024.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna / Nina Susilo
·5 menit baca
KARAWANG, KOMPAS– Indonesia berharap bisa menjadi titik kumpul atau hub produksi otomotif dunia dan menargetkan bisa mengekspor setidaknya satu juta unit pada 2024. Dengan demikian, defisit neraca perdagangan diharapkan teratasi.
”Kalau (defisit) neraca perdagangan bisa diatasi, kita ”bertarung” dengan negara mana pun akan siap. Tidak bisa negara kita ditekan eksternal. Urusan sawit ditekan Uni Eropa, nikel ditekan negara lain, tidak!” kata Presiden Joko Widodo saat melepas ekspor perdana mobil pikap Isuzu Traga di pabrik PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) di Karawang, Jawa Barat, Kamis (12/12/ 2019).
Presiden Jokowi meninjau pabrik Isuzu di Kawasan Industri Suryacipta, Karawang Timur. Acara itu juga dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Senior Executive Officer Isuzu Motors Ltd Yoichi Masuda, serta Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto.
Kendati ekspor perdana baru menyasar Filipina, Presiden mengapresiasi rencana Isuzu memperluas pasar ke 20 negara lain. Presiden meminta industri otomotif nasional bisa mengekspor setidaknya satu juta unit kendaraan pada 2024. ”Saya melihat peluang itu terbuka lebar. Saya menghargai Isuzu ekspor perdana kendaraan niaga ke Filipina,” kata Presiden.
Presiden optimistis dalam 4-5 tahun, defisit neraca perdagangan Indonesia bisa diatasi. Indonesia pun bisa menjadi production hub bagi otomotif dengan ekspor ke semua negara.
“Itulah target yang ingin kita capai lima tahun ke depan. Saya melihat peluang itu terbuka lebar. Dan saya sangat menghargai, Isuzu bisa ekspor perdana 120 kendaraan niaga Isuzu Traga ke Filipina,” tambah Presiden.
Dengan hilirisasi industri, ekspor Indonesia tak lagi bergantung pada komoditas yang diekspor mentah seperti CPO, batubara, dan nikel. Nikel, misalnya, sudah dimulai. Pemerintah menghentikan ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah dan kini digugat ke WTO. “Kalau digugat, tidak apa-apa. Jangan digugat terus keok, tidak. Kita hadapi karena memang kita ingin bahan mentah ini ada nilai tambahnya,” kata Presiden.
Adanya hilirisasi industri, lapangan kerja juga terbuka luas. Pendapatan dari ekspor juga membaik. Karenanya, untuk kepentingan nasional, gugatan di WTO karena Indonesia memilih menghentikan ekspor nikel dalam bentuk mentah siap dihadapi dengan pengacara terbaik.
Prijono dalam sambutannya mengatakan, ekspor Isuzu tahap awal ini memang hanya 6.000 unit. Memang, terlalu sedikit untuk dibicarakan. Ekspor Indonesia dalam bidang otomotif dari tahun ke tahun sesungguhnya meningkat pesat.
Tahun ini, kata Prijono, laporan Gaikindo menunjukkan, ekspor otomotif tercatat dalam keadaan utuh (CBU), rakitan (CKD) maupun komponen. Dari bentuk CBU saja, jumlahnya bisa mencapai 300.000 unit. Total angka ekspor tersebut mencapai 8 miliar dollar AS. Merujuk angka Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor 180,3 miliar dollar AS, paling tidak sebesar 5 persennya datang dari otomotif.
“Kami sebagai pemain otomotif utama di Indonesia bisa mengekspor sekitar 78 persen ke lebih dari 62 negara. Inilah (Traga) pertama kalinya, setelah biasanya kami mengekspor (produk) Toyota dan Daihatsu,” kata Prijono.
Sebagai pimpinan Astra, Prijono mengapresiasi pihak Isuzu Jepang, karena telah mempercayakan Isuzu Indonesia. Bukan hanya dijadikan pasar utama otomotif, tetapi juga menjadikan basis produksi untuk pasar ekspor.
Menurut Prijono, walaupun baru diluncurkan sekitar 1,5 tahun lalu, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) Traga mencapai 53,5 persen. Ini membanggakan, karena produk ini bukan hanya mampu menjadi produk ekspor, tetapi juga tidak terlalu membebani devisa negara.
Prijono menilai, kehadiran Presiden sebagai “cambuk” bagi industri otomotif, agar bisa mendorong ekspor bidang otomotif. Ekspor otomotif yang mencapai 8 miliar dollar AS diharapkan bisa setara dengan nilai ekspor CPO yang mencapai 17 miliar dollar AS dan batubara 20 miliar dollar AS.
Langkah awal
Prijono mengatakan, Traga berarti ekstra lega. Ekspor Traga ke Filipina secara total sebanyak 6.000 unit pada tahun 2020. Ini merupakan langkah awal, karena menurut studi IAMI, Traga bisa diekspor ke lebih dari 20 negara di Asia Timur, Timur Tengah, Amerika maupun Afrika.
Presiden Direktur IAMI Ernando Demily dalam jumpa pers mengatakan, dalam tiga tahun ke depan, setidaknya memang ada 20 negara yang menjadi sasar ekspor. Tentunya, pihak Isuzu akan melakukan studi terlebih dahulu, mengingat kebijakan ekspor dari setiap negara berbeda-beda.
“Filipina, misalnya. Traga bukan hanya didesain dengan roda kemudi di sisi kiri, tetapi juga desain mesin euro 4 sesuai kebijakan pemerintahannya. Setelah Filipina, dalam waktu dekat, kami memang menjajaki pasar Kamboja, Laos, dan Myanmar,” ujar Ernando.
Menurut Ernando, walaupun diekspor dalam bentuk pikap, Traga di Filipina akan diubah menjadi mobil penumpang, selain angkutan barang. Tentu, jika penyerapannya tinggi, pengiriman akan ditingkatkan lagi.
Isuzu Traga kendaraan pikap medium mulai diproduksi pada 2018 setelah pada 2015, PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) memindahkan pabrik dari Pondok Ungu, Bekasi ke Kawasan Suryacipta City of Industry di Karawang. Di pabrik seluas 30 hektare dan berkapasitas 52.000 unit per tahun ini, Isuzu memproduksi Isuzu Traga yang tahun ini diekspor ke Filipina. Kali ini, ekspor dilakukan untuk 120 unit.
Hingga akhir 2020, ekspor Isuzu Traga akan mencapai 6.000 unit dengan estimasi devisa mencapai 66 juta dollar AS. Adapun tiga tahun ke depan, Isuzu Indonesia akan memperluas tujuan ekspor Isuzu Traga hingga lebih dua puluh negara baik di Asia Tenggara maupun Timur Tengah, Amerika Latin, dan beberapa negara di Afrika.
Selain itu, ekspor Isuzu Traga mendapatkan fasilitas pembebasan KITE (Kemudahan Impor Tujuan Ekspor) dari Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Bea Cukai. Dengan menggunakan fasilitas ini, impor bahan baku yang diolah, dirakit, dipasang pada barang dan hasil produksinya akan diekspor tanpa dipungut bea masuk dan PPn Impor.