Berdasarkan perhitungan pemerintah, mencapai target bauran energi terbarukan 23 persen pada 2025 setidaknya dibutuhkan investasi 36,95 miliar dollar AS atau sekitar Rp 500 triliun.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS--Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi atau PLTP Muara Laboh Tahap I mulai beroperasi dengan kapasitas terpasang 85 megawatt. Listrik dari pembangkit tersebut akan mengalir ke 340.000 rumah tangga.
Diperlukan investasi sekitar Rp 500 triliun untuk mencapai 23 persen bauran energi baru dan terbarukan di Indonesia pada 2025.
PLTP Muara Laboh berlokasi di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Pembangkit ini didirikan konsorsium yang terdiri dari PT Supreme Energy, ENGIE (Perancis), dan Sumitomo Corporation (Jepang). Proyek PLTP Muara Laboh dimulai sejak 2008 dengan investasi 580 juta dollar AS atau setara Rp 8,1 triliun.
"Proyek ini untuk mendukung pencapaian target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025. Selanjutnya, kami mengembangkan PLTP Muara Laboh Tahap II dengan kapasitas 65 megawatt," ujar President & CEO Supreme Energy Supramu Santoso, Senin (16/12/2019), dalam keterangan resmi.
Selain di Muara Laboh, Supreme Energy juga tengah menggarap proyek PLTP di Sumatera Selatan dengan nilai investasi 700 juta dollar AS. Pembangkit ini dijadwalkan bisa beroperasi komersial pada 2020.
Mengutip data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pemerintah menargetkan penambahan kapasitas terpasang listrik panas bumi pada tahun ini menjadi 2.138,3 MW. Pada 2014, kapasitas terpasang listrik tenaga panas bumi sebesar 1.403,3 MW. Dengan demikian, dalam lima tahun terakhir, kapasitas terpasang bertambah 700 MW.
Menurut pemerintah, untuk mencapai target bauran energi terbarukan 23 persen pada 2025 setidaknya dibutuhkan investasi 36,95 miliar dollar AS atau sekitar Rp 500 triliun. Investasi untuk PLTP merupakan yang terbesar, yakni 17,45 miliar dollar AS atau setara Rp 244,3 triliun. Sisanya berupa investasi untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga hidro, bayu, surya, dan biomassa.
"Target investasi pengembangan energi terbarukan mengacu pada asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,5 persen pada 2020 dan sampai dengan 6,5 persen pada 2025," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform Fabby Tumiwa mengatakan, iklim investasi energi terbarukan perlu diperbaiki untuk mengoptimalkan sektor tersebut. Perbaikan regulasi dinilai belum cukup menggairkan investasi pada energi terbarukan. Penetapan tarif listrik dari energi terbarukan dinilai masih kurang ekonomis bagi pengembang. Akibatnya, investor enggan berpartisipasi di sektor ini.
"Yang prioritas dikerjakan terlebih dahulu adalah memulihkan kepercayaan investor dengan memperbaiki iklim investasi energi terbarukan," ujar Fabby.
Data Kementerian ESDM menunjukkan, realisasi investasi sektor energi terbarukan sampai dengan triwulan III-2019 sebesar 1 miliar dollar AS. Adapun target investasi pada 2019 sebesar 1,8 miliar dollar AS. Target tahun ini lebih tinggi dari realisasi investasi tahun lalu yang sebesar 1,6 miliar dollar AS. (APO)