Keinginan konsumen berevolusi dengan cepat. Perubahan yang ingin tetap relevan dengan bisnis mesti meresponsnya dengan cepat. Menjadi relevan sama artinya dengan mendengarkan suara konsumen.
Oleh
Andreas Maryoto
·3 menit baca
Seorang eksekutif usaha rintisan terperangah ketika melihat data penjualan mobil tahun ini. Penjualan kendaraan berbagai merek turun sekitar 10 persen hingga November. Ia mengakui, kemungkinan penyebabnya adalah daya beli masyarakat.
Akan tetapi, ia menambahkan, gengsi dan keharusan memiliki mobil di kalangan anak muda sudah menurun dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Boleh jadi hal ini memengaruhi pembelian mobil. Revolusi perilaku tengah terjadi di dalam konsumen.
Patokan sukses pada masa lalu adalah setelah sekian tahun bekerja, orang harus memiliki kendaraan dan rumah, entah karena kebutuhan atau demi status yang dikejar. Kini kebutuhan untuk memiliki telah berubah.
Untuk mobilitas, mereka lebih memilih transportasi publik yang membaik dan transportasi dalam jaringan yang mudah dan tak repot mencari parkir. Untuk memiliki rumah, mereka juga lebih senang menyewa dibandingkan dengan harus membeli yang harganya juga selangit.
Mereka lebih bangga ketika memiliki usaha dan bisa melakukan perjalanan ke berbagai tempat ketika berusia muda. Bekerja di dalam perusahaan mungkin dijalani, tetapi lebih senang berusaha sendiri.
Perasaan memiliki secara material sudah berkurang, bahkan beberapa merek baju, tas, dan barang tak lagi harus dimiliki. Mereka bisa menyewa dan atau sekadar membeli produk pascapakai.
Seorang pemudi 26 tahun, Victoria Prew, membangun usaha Hurr Collective di Inggris yang menyewakan baju-baju merek terkenal. Ketika ingin bergaya dengan pakaian merek apa pun, Anda cukup menyewa. Tidak perlu membeli. Secara bergurau Prew mengatakan, bisnisnya mirip AirBnB, tetapi di bisnis pakaian.
Tak hanya itu, platform yang dibuatnya juga memungkinkan orang saling meminjamkan pakaian secara langsung. Perbandingan harganya? Harga produk Saint Laurent di pasar ritel 1.530 pound sterling, tetapi di platform itu cukup disewa 297 pound sterling.
Selain perasaan harus memiliki barang yang berkurang, konsumen generasi mendatang juga memiliki perhatian terhadap kerusakan lingkungan dan perubahan iklim yang lebih besar daripada sebelumnya. Mereka merasa harus bertindak sekarang juga.
Di Amerika Serikat, seperti dikutip dalam laporan Financial Times, sekitar 50 persen orang dewasa peduli dengan isu perubahan iklim. Sementara hampir 60 persen generasi mendatang (15-21 tahun) peduli dengan isu itu. Tidak mengherankan generasi mendatang lebih merespons persoalan perubahan iklim sehingga pilihan konsumsi selalu menyandarkan diri pada dampaknya terhadap alam.
Mereka tidak lagi senang dengan seremoni terkait perubahan iklim, tetapi ingin terlibat dan berkontribusi langsung. Oleh karena itu, mereka memilih cara konsumsi yang sedapat mungkin menekan perubahan iklim. Fenomena ini harus diantisipasi perusahaan mapan agar bisa relevan dengan pandangan konsumen generasi baru. Konsumen mendatang sensitif dengan berbagai isu lingkungan. Mereka tidak mau terlibat merusak semesta tempat tinggal mereka.
Ada perusahaan perjalanan yang membuat paket-paket wisata bagi anak muda dengan tema kelestarian lingkungan. Mereka melakukan perjalanan dan bertemu penduduk lokal untuk berbagi pengetahuan tentang nilai-nilai yang mereka pegang. Paket wisata ini sangat sukses sehingga pada tahun depan mereka menawarkan 15 paket ke publik.
Tidak mengherankan pula paket wisata dengan makanan-makanan vegetarian juga bermunculan. Survei di Inggris menyebutkan, sekitar 54 persen orang berusia 18-34 tahun memilih vegetarian. Alasan mereka, tidak mau makan daging karena harus disembelih dan makin peduli dengan isu lingkungan.
Sekarang kita makin tak mudah memahami kemauan konsumen. Perubahan sangat cepat. Berbagai isu perlu direspons jelas dan sesegera mungkin. Banyak bisnis yang tidak lagi relevan dengan permintaan konsumen. Konsumen usia dini mungkin pengeluaran individunya tidak besar, tetapi secara massa sangat besar. Suara mereka juga sangat besar karena lebih terampil menggunakan berbagai platform.
Perasaan harus memiliki barang yang besar pada masa lalu telah terdisrupsi. Kepedulian terhadap perubahan iklim yang mungkin pada masa lalu sebagai obrolan yang mengawang kini jadi tindakan yang langsung dan riil. Keduanya sangat mungkin akan mengawali revolusi konsumen yang bisa membunuh sebuah entitas bisnis karena melawan konsumen, tetapi akan memberi energi baru bagi para pebisnis ketika mereka bisa menjadi relevan dengan zaman. Menjadi relevan artinya mendengarkan suara konsumen.