Target Ambisius Lifting Minyak 1 Juta Barel pada 2030
Berdasarkan data SKK Migas, realisasi lifting minyak pada akhir 2019 diprediksi sebanyak 746.300 barel per hari. Jumlah ini lebih rendah dari target APBN yang mencapai 775.000 barel per hari.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas menargetkan produksi siap jual (lifting) minyak sebanyak 1 juta barel per hari pada 2030. Target ini dinilai ambisius karena realisasi produksi lifting terus menurun. Apalagi, investasi minyak masih dibayangi ketidakpastian.
Berdasarkan data SKK Migas, realisasi lifting minyak pada akhir 2019 diprediksi sebanyak 746.300 barel per hari. Jumlah ini lebih rendah dari target APBN yang mencapai 775.000 barel per hari. Realisasi tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan 2018, yakni 778.000 barel per hari.
”Kami akan evaluasi di mana kendalanya (tidak mencapai target). Visi kami, lifting minyak mencapai 1 juta barel per hari 2030,” kata Sekretaris SKK Migas Murdo Gantoro saat mengunjungi Stasiun Utama Pengumpulan PT Pertamina EP Asset 3 di Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Jumat (27/12/2019).
Turut hadir dalam kunjungan itu, antara lain, anggota DPR Komisi VII Kardaya Warnika serta Adi Prasetyana, Finance and Business Support Director PT Pertamina EP, anak perusahaan PT Pertamina (Persero). Kunjungan itu untuk memastikan produksi minyak dan gas bumi sebelum dilakukan rilis lifting minyak pada 29 Desember.
Murdo menjelaskan, pihaknya masih menyusun strategi setiap tahun untuk mencapai target produksi siap jual minyak 1 juta barel per hari pada 2030. ”Kami sekarang memantau produksi minyak real time di seluruh Indonesia. SKK Migas juga akan mendampingi pihak ketiga dalam proses perizinan. Kami juga mengkaji aturan yang menghambat investor,” ujarnya.
Lapangan minyak di Indonesia sudah berumur puluhan tahun. Kondisi ini berdampak pada merosotnya produktivitas. Untuk itu, diperlukan investasi untuk mencari lapangan minyak yang baru.
Adi Prasetyana menambahkan, pihaknya akan berupaya mencari dan mengembangkan sumur minyak untuk meningkatkan produksi. Tahun ini, pihaknya memproduksi 82.767 barel per hari. Jumlah ini di atas target lifting 81.549 barel per hari.
”Kami bisa melampaui target karena perawatan sumur secara baik, pengeboran, dan well intervention. Ada sekitar 91 sumur baru dan dikembangkan,” katanya.
Tahun depan, pihaknya menargetkan produksi siap jual minyak 85.000 barel per hari. Untuk itu, belanja modal yang disiapkan mencapai 784 juta dollar AS untuk infrastruktur baru, termasuk pengeboran. Adapun moda perawatan sumur sekitar 1,24 miliar dollar AS.
”Dengan begitu, kami optimistis bisa mencapai target,” ujarnya. Meski demikian, harga minyak saat ini turun dari 70 dollar AS per barel menjadi 62 dollar AS per barel.
Kardaya menilai, target lifting 1 juta barel per hari terlalu ambisius. Dia menyarankan SKK Migas fokus pada upaya mencapai target produksi minyak tahunan. ”Itu pun targetnya kerap tidak realistis. Ada gap antara target lifting dan realisasi sekitar 100.000 barel per hari,” ucapnya.
Apalagi, lanjutnya, sudah 10 tahun belum ada kepastian revisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi tuntas. ”Ini yang membuat investor menilai belum ada kepastian hukum untuk investasi di bidang perminyakan. Padahal, bisnis ini butuh modal besar dan dalam jangka waktu panjang. Hanya dengan investasi, produksi minyak bisa meningkat,” tutur Kardaya.