Kebutuhan irisan daging atau filet ikan patin untuk jemaah haji dan umrah terus berkembang. Para pelaku industri nasional menargetkan bisa mengekspor setidaknya 600 ton daging irisan khusus untuk jemaah haji tahun ini.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebutuhan irisan daging atau filet ikan patin untuk jemaah haji dan umrah terus berkembang. Para pelaku industri nasional menargetkan bisa mengekspor setidaknya 600 ton daging irisan khusus untuk jemaah haji tahun ini.
Jumlah itu dihitung dengan mempertimbangkan jumlah jemaah haji asal Indonesia yang mencapai 231.000 orang per tahun. Target itu belum menghitung jumlah jemaah umrah yang tahun ini diperkirakan 1,3 juta orang.
Pengurus Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI) Samiono di Jakarta, Rabu (1/1/2020), menyatakan kebutuhan pangasius (patin) untuk jemaah haji Indonesia mencapai 600 ton, sedangkan kebutuhan jemaah umrah lebih tinggi.
Pada tahun 2019, perusahaan pengolah ikan patin yang tergabung dalam APCI mengekspor total 236.000 ton produk olahan berupa filet dan steik ke Arab Saudi. Produk itu antara lain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi jemaah haji dan umrah asal Indonesia.
Setiap bulan, sekitar 2.000 ton bahan baku dikirim ke pabrik pengolahan untuk diolah menjadi irisan daging. Menurut Ketua Bidang Budidaya Patin APCI Imza Hermawan, butuh sekitar 1.000 ton bahan baku untuk menghasilkan 600 ton atau 25 kontainer daging irisan. Saat ini Indonesia baru bisa memasok 11 kontainer.
Produksi ikan patin nasional terus meningkat dari 319.967 ton tahun 2017 menjadi 391.151 ton tahun 2018. Beberapa daerah yang menjadi sentra produksi adalah Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Kalimantan Selatan.
Komoditas patin tergolong sebagai komoditas unggulan budidaya air tawar.
Komoditas patin tergolong sebagai komoditas unggulan budidaya air tawar. Pada tahun 2020-2024, pemerintah menargetkan pembangunan kluster 50 kawasan sentra produksi perikanan budidaya serta 50 sentra pembenihan yang lokasinya dekat kawasan budidaya.
Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto, komoditas air tawar yang akan digarap mencakup patin, nila, lele, dan gurami. ”Komoditas patin, lele, dan gurami memiliki potensi ekspor ke pasar Timur Tengah dan Eropa,” ujarnya.
Pengembangan kawasan sentra komoditas unggulan itu ditargetkan menaikkan produksi perikanan budidaya nasional sebesar 23 persen dalam kurun 2020-2024. Data sementara, produksi perikanan budidaya pada 2020 ditargetkan 18,4 juta ton.