DENPASAR, KOMPAS – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memberikan apresiasi yang positif kepada kepala daerah yang berkomitmen meningkatkan ekspor komoditas pertanian. Bali mendapatkan dukungan penuh dari Kementerian Pertanian untuk mengembangkan produk pertanian, termasuk produk pertanian yang berpotensi ekspor.
Hal itu disampaikan Syahrul serangkaian penandatangan nota kesepahaman ekspor beras organik Bali antara Bali Sri Organik dan Big Almond Tree serta komitmen mendorong kegiatan pertanian, perkebunan dan peternakan, antara Kementerian Pertanian dan Pemerintah Provinsi Bali di Kota Denpasar, Sabtu (4/1/2020).
“Langkah Bali mengekspor beras organik ini mengubah gambaran karena beras selalu dicitrakan impor,” kata Syahrul sembari menambahkan, produk ekspor Bali memiliki daya tarik, yakni citra dan merek dagang Bali yang sudah dikenal mendunia.
Langkah Bali mengekspor beras organik ini mengubah gambaran karena beras selalu dicitrakan impor, kata Syahrul
Syahrul menambahkan, Presiden Joko Widodo mengizinkan ekspor produk pertanian. Pemerintah tidak melarang impor asalkan produk yang diimpor memang dibutuhkan, sedangkan produksi dalam negeri masih kurang. “Jikalau mampu, kenapa harus impor,” kata Syahrul.
Dalam kesempatan itu, Bali Sri Organik dan Big Almond Tree, Australia, bersepakat untuk bekerja sama dalam mengekspor beras organik dari Bali ke Australia.
Untuk tahap pertama, Bali Sri Organik mengekspor 16 ton beras organik yang diproduksi kelompok Subak Sangeh dan Subak Sengempel di Kabupaten Badung. Nilai ekspor 16 ton beras organik ke Australia itu diperkirakan mencapai 80.000 dollar Australia, atau sekitar Rp 774,88 juta.
Baca juga : Banyuwangi Ekspor Perdana 2,8 Ton Beras Organik
“Ini ekspor tahap pertama,” kata Direktur Bali Sri Organik Ida Bagus Gede Arsana. Harga beras organik lebih mahal dibandingkan beras non organik, dan untuk itu kami bekerja sama dengan Big Almond Tree untuk mengekspor beras organik dari Bali ke Australia.
Pertanian organik
Gubernur Bali I Wayan Koster mengatakan, Pemprov Bali berupaya mengembangkan pertanian sehingga tiga sektor prioritas penggerak perekonomian Bali, yakni pertanian dalam arti luas, industri kecil dan kerajinan, dan pariwisata menjadi lebih berimbang kontribusinya sehingga perekonomian Bali lebih terjaga. Sektor pariwisata mendominasi pertumbuhan ekonomi Bali sedangkan sektor pertanian masih tertinggal.
“Kami menetapkan lima prioritas pembangunan, salah satu prioritas pembangunan Bali adalah sandang, pangan, dan papan,” kata Koster. Saat ini, Pemprov Bali sedang memprogramkan pengembangan sektor pertanian mulai dari hulu sampai hilir, termasuk mengembangkan pertanian organik di sektor hulu dan membangun industri pengolahan hasil pertanian di sektor hilir.
Terkait hal itu, Koster menyebutkan Bali sudah memiliki Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2019 tentang Sistem Pertanian Organik. Untuk mengoptimalkan pemanfaatkan produk pertanian dan produk lokal Bali lainnya, Untuk itu pihaknya sudah menerbitkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan, dan Industri Lokal Bali.
Baca juga : Beras Organik Masuk Eropa
“Kami betul-betul mendorong pengembangan pertanian mulai dari hulu sampai hilir agar nilai ekonomi yang diterima masyarakat Bali optimal,” ujar Koster.
Koster menyatakan produk pertanian Bali, misalnya manggis dan salak, sudah memeroleh pasar di luar negeri. Manggis dan salak Bali sudah diekspor ke China. “China memerlukan 9.000 ton manggis sedangkan kemampuan produksi manggis dari Bali baru mampu memenuhi sekitar 4.000 ton sampai 5.000 ton,” katanya. Apalagi pasar ekspor produk pertanian ini masih besar.
Ketua Dewan Pimpinan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI-Moeldoko) Provinsi Bali Putu Arya Sedhana menyatakan menyambut baik langkah Gubernur Bali dan mendukung pengembangan sektor pertanian. Dia membenarkan kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian Bali masih rendah dibandingkan sektor pariwisata.
Di sisi lain, menurut Arya Sedhana, generasi muda tampaknya kurang tertarik bekerja di sektor pertanian karena pertanian dinilai belum memberikan kesejahteraan. “Kami berharap Bali menjadi contoh peningkatan kesejahteraan petani,” katanya.