Target peningkatan potensi ekspor produk usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM hingga 30 persen pada 2024 dinilai realistis. Namun, pencapaiannya membutuhkan tahapan dan langkah yang jelas.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Target peningkatan potensi ekspor produk usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM hingga 30 persen pada 2024 dinilai realistis. Namun, pencapaiannya membutuhkan tahapan dan langkah yang jelas.
”Kami melihat target peningkatan potensi ekspor UMKM dari 14,37 persen pada 2018 menjadi 30,20 persen pada akhir 2024 adalah rasional,” kata Kepala Bidang Organisasi International Council for Small Business Indonesia Samsul Hadi ketika dihubungi di Jakarta, Minggu (5/1/2020).
Meski demikian, ada beberapa pekerjaan berat untuk mencapai target itu. Secara eksternal, selain dampak perang dagang AS-China, juga ada ketegangan geopolitik yang menghambat ekspor. Secara internal, perlu kejelian menemukan produk-produk UMKM yang dapat mendongkrak kinerja ekspor.
Merujuk peta jalan pengembangan koperasi dan UMKM 2020-2024 dari Kementerian Koperasi dan UKM, potensi ekspor UMKM ditargetkan meningkat menjadi 18,12 persen di tahun 2020 dan 21,14 persen di tahun 2021. Target potensi ekspor UMKM tahun 2022 sebesar 24,16 persen dan meningkat menjadi 27,18 persen pada tahun 2023.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki beberapa waktu lalu menuturkan peran ekspor UMKM di beberapa negara melampaui peran UMKM di Indonesia terhadap ekspor nasional yang saat ini masih sekitar 14 persen.
Sebagai perbandingan, peran ekspor UMKM di Malaysia dua kali lipat dari angka tersebut. Peran ekspor UMKM di Thailand hampir tiga kali lipat dibanding UMKM di Indonesia.
”Sekitar 70 persen ekspor China dari UMKM. Jepang 55 persen ekspornya dari UMKM. Ekspor Korea 60 persennya UMKM,” kata Teten pada rapat koordinasi yang dihadiri para kepala dinas yang membidangi koperasi dan UKM provinsi se-Indonesia pada Desember 2019 lalu.
Pada kesempatan tersebut, Teten menuturkan, harus ada panduan bagi UMKM di daerah dalam memproduksi barang yang disukai dan dibutuhkan pasar. Kemampuan mendeteksi pasar seperti ini merupakan salah satu kelebihan pemain e-dagang luar negeri.
Kemenkop UKM mendata ekspor UMKM selama ini kebanyakan dilakukan usaha menengah. Kontribusi ekspor usaha mikro tercatat 1,22 persen terhadap total ekspor. Adapun kontribusi ekspor usaha kecil 2,3 persen, usaha menengah 10,85 persen, dan usaha besar 85,63 persen.
Sebagai gambaran, merujuk data Kemenkop UKM tahun 2018, ada 63.350.222 unit usaha mikro atau 98,68 persen dari total usaha di Indonesia. Jumlah usaha kecil terdata 783.132 unit (1,22 persen), usaha menengah 60.702 unit (0,09 persen), dan usaha besar 5.550 unit (0,01 persen).
Pada 19 Desember 2019 lalu pun dilakukan pelepasan ekspor perdana produk UKM melalui Pusat Logistik Berikat (PLB) E-commerce di kawasan industri dan pergudangan Marunda Centre, Bekasi, Jawa Barat.
Menurut Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Handito Joewono, China merupakan pasar ekspor potensial.
”Barang dari sini (PLB E-commerce di Marunda) dikirim ke PLB Ningbo, salah satu dari 4 PLB di China. Kalau mau dagang lewat e-commerce di China harus lewat PLB Ningbo,” kata Handito.