Cadangan devisa Indonesia per 31 Desember 2019 sebesar 129,2 miliar dollar AS. Cadangan devisa itu naik dibandingkan dengan posisi 30 November 2019 yang sebesar 126,6 miliar dollar AS.
Oleh
karina isna irawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penerimaan valuta asing dari sektor minyak dan gas serta penarikan pinjaman utang luar negeri yang dilakukan pemerintah membuat cadangan devisa bertambah. Kenaikan cadangan devisa turut memperbaiki kinerja neraca pembayaran dan meningkatkan daya tahan ekonomi domestik.
Cadangan devisa Indonesia per 31 Desember 2019 sebesar 129,2 miliar dollar AS. Cadangan devisa itu naik dibandingkan dengan posisi 30 November 2019 yang sebesar 126,6 miliar dollar AS.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko mengatakan, cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,6 bulan impor atau 7,3 bulan impor jika disertai pembayaran utang luar negeri pemerintah. Jumlah ini di atas standar kecukupan internasional, yakni sekitar tiga bulan impor.
”Cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” kata Onny di Jakarta, Rabu (8/1/2020).
Cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Onny mengatakan, kenaikan cadangan devisa pada Desember 2019 dipengaruhi penerimaan devisa dari kegiatan ekspor minyak dan gas. Selain itu, pemerintah juga masih menarik utang luar negeri pada akhir tahun dari berbagai instrumen, seperti surat berharga negara (SBN) berdenominasi valuta asing.
Pada Juli 2019, cadangan devisa RI 125,9 dollar AS kemudian meningkat pada Agustus 2019 menjadi 126,4 miliar dollar AS. Cadangan devisa pada September 2019 sempat menurun ke posisi 124,3 miliar dollar AS, lalu pada Oktober 2019 cadangan devisa meningkat ke posisi 126,7 miliar dollar AS. Cadangan devisa kembali turun pada November 2019 ke level 126,6 miliar dollar AS.
”Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai dengan didukung stabilitas dan prospek ekonomi yang tetap baik,” kata Onny.
Kepala Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri menilai, kenaikan cadangan devisa turut memperbaiki kinerja neraca pembayaran Indonesia tahun 2019. Defisit neraca perdagangan barang dan jasa bisa dikompensasi dengan surplus neraca finansial, yang berasal dari investasi langsung dan portofolio.
”Yang harus diwaspadai apakah kenaikan devisa berasal dari investasi portofolio yang mudah keluar masuk pasar atau tidak,” kata Yose.
Yang harus diwaspadai apakah kenaikan devisa berasal dari investasi portofolio yang mudah keluar masuk pasar atau tidak.
BI menyebut kenaikan cadangan devisa berasal dari penerimaan valas di sektor migas. Namun, kata Yose, sebagian devisa berasal dari investasi portofolio sehingga pergerakannya harus diwaspadai. Tekanan ekonomi global akan menyebabkan arus modal keluar sehingga stabilitas kurs rupiah terganggu.
Berdasarkan kurs referensi nilai tukar BI Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah pada Rabu saat berita ini diturunkan berada di level Rp 13.934 per dollar AS. Sementara pada 31 Desember 2019, rupiah berada di level Rp 13.901 per dollar AS.
”Suku bunga BI relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain sehingga arus modal masuk dan devisa bertambah. Namun, situasi ini harus diwaspadai,” kata Yose.
Sepanjang 2019, nilai tukar rupiah menguat 3,9 persen, didorong oleh masuknya aliran modal asing ke dalam negeri. Adapun depresiasi nilai tukar terhadap dollar AS dialami beberapa negara, antara lain China terdepresiasi 1,2 persen, India (2,3 persen), Brasil (3,6 persen), Korea Selatan (4 persen), dan Turki (12,5 persen).