Permintaan Lahan Industri Diprediksi Naik Tahun Ini
Investor dinilai berani mengambil keputusan untuk investasi tahun ini, antara lain didorong keberlanjutan kebijakan pemerintah terkait infrastruktur, kemudahan berusaha, dan pengembangan sumber daya manusia.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Permintaan lahan di kawasan industri diperkirakan naik tahun 2020. Investor yang sempat menahan diri karena menunggu kondisi politik mulai merealisasikan investasinya.
Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri, Sanny Iskandar menyatakan, tren permintaan lahan di kawasan industri di Jabodetabek meningkat. Tahun lalu, serapan kawasan industri di Jabodetabek dan Karawang mencapai 400 hektar, naik 122 persen dibandingkan tahun 2018 yang 180 hektar.
Lonjakan permintaan terutama pada triwulan IV-2019 oleh industri barang kebutuhan sehari-hari, logistik, dan pusat data. “Investor berani mengambil keputusan untuk investasi antara lain didorong keberlanjutan kebijakan pemerintah terkait infrastruktur, kemudahan berusaha, dan pengembangan sumber daya manusia,” kata Sanny, di Jakarta, Kamis (9/1/2019).
Peningkatan penyerapan kawasan industri diprediksi berlanjut tahun ini seiring komitmen pemerintah atas 5 program prioritas, yakni pengembangan sumber daya manusia, reformasi birokrasi, pembangunan infrastruktur, reformasi ekonomi, dan penyederhanaan regulasi.
Senior Associate Director Colliers International Indonesia, Ferry Salanto menambahkan, ancang-ancang ekspansi perusahaan ke kawasan industri sudah terlihat sejak akhir 2018. Namun, sebagian pelaku industri cenderung menahan investasi sambil menunggu hasil Pilpres 2019.
Permintaan lahan terutama dari pelaku industri yang melakukan ekspansi bisnis. Mayoritas industri yang ekspansi berkaitan konsumsi lokal, seperti industri makanan minuman, barang kebutuhan sehari-hari, logistik, kimia dasar dan otomotif.
Ferry menambahkan, keterbatasan lahan di kawasan industri mendorong pengembangan kawasan-kawasan industri baru yang bergeser ke arah timur Jakarta, seperti Patimban (Subang) hingga Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pengembangan itu ditunjang akses jalan tol yang memudahkan jalur distribusi. Tantangannya, belum banyak kawasan industri baru yang siap infrastruktur pendukungnya dan dikelola secara modern.
Langkah pengembangan kawasan industri antara lain dilakukan pengembang properti PT Intiland Development Tbk. Perseroan berencana memulai proyek baru kawasan industri seluas 287 hektar di Jawa Tengah mulai triwulan II-2020. Selain itu, pengembangan kawasan industri di Ngoro Industrial Park, Jawa Timur.
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono menyatakan, pengembangan kawasan industri di luar Jabodetabek antara lain ditunjang oleh akses yang bagus. Prospek kawasan industri di Indonesia dinilai sangat baik dan sejalan target pemerintah meningkatkan investasi asing ke Indonesia.
Proyek baru itu dinilai potensial karena lokasinya strategis, dekat dengan akses tol dan pembangkit tenaga listrik, serta didukung upah tenaga kerja yang lebih kompetitif.
Tahun ini perseroan mengalokasikan belanja modal Rp 1,5 triliun, antara lain untuk membiayai konstruksi dan pengembangan proyek baru. Dari jumlah itu, sekitar 20 persen untuk pengembangan proyek residensial tapak dan kawasan industri.
Adapun 80 persen belanja modal untuk penyelesaian konstruksi proyek apartemen dan hotel yang sedang dibangun. Di antaranya, 57 Promenade dan SQ Res Apartment (Jakarta), Apartemen Rosebay, Graha Golf, serta Spazio Tower dan hotel di kawasan superblok Praxis (Surabaya).