Bank Indonesia memperkirakan ekspansi industri pengolahan lebih tinggi pada triwulan I-2020. Kementerian Perindustrian mendorong ekspansi industri di banyak subsektor.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kinerja industri pengolahan triwulan IV-2019 masih berada di fase ekspansi meskipun melambat dibandingkan dengan kinerja triwulan III-2019. Kementerian Perindustrian menilai hal tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari kondisi yang dialami Indonesia dan global.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan hal itu di Jakarta, Senin (13/1/2020), ketika dimintai pandangan mengenai rilis Bank Indonesia terkait penurunan Prompt Manufacturing Index (PMI) dari 52,04 persen di triwulan III-2019 menjadi 51,50 persen di triwulan IV-2019.
”Kami mencoba membaca baik-baik rilis dari BI bahwa PMI untuk bulan-bulan terakhir sudah mulai rebound. Sudah ada harapan dengan PMI yang mulai rebound walaupun masih harus kami dorong lebih tinggi,” kata Agus.
Merujuk rilis BI, ekspansi kinerja industri pengolahan terjadi pada sebagian besar subsektor. Ekspansi tertinggi terjadi di industri semen dan barang galian nonlogam yang didorong ekspansi volume produksi dan pesanan barang masukan (input).
BI memperkirakan ekspansi industri pengolahan lebih tinggi pada triwulan I-2020. PMI Bank Indonesia triwulan I-2020 diproyeksikan 52,73 persen.
Ekspansi diprediksi terjadi pada sebagian besar subsektor. Ekspansi tertinggi di industri semen dan bahan galian nonlogam. Selanjutnya, diikuti peningkatan kinerja industri barang kayu dan hasil hutan lainnya serta industri makanan, minuman, dan tembakau.
Saat memberikan pengarahan dan membuka rangkaian acara Kick Off Pelaksanaan Anggaran 2020 di Kemenperin, Agus mengungkapkan perhatian dan dukungan Presiden Joko Widodo terhadap sektor industri.
Agus mengatakan, Presiden Joko Widodo telah memberikan arahan sangat tegas bagi para pelaku hulu gas agar Perpres 40/2016 segera diimplementasikan. ”Arahan tersebut dan kebijakan terkait diberikan timeline maksimal tiga bulan,” katanya.
Presiden Joko Widodo juga memberikan arahan terhadap opsi-opsi yang dapat diambil pemerintah dalam rangka menekan harga gas industri. Dengan demikian, industri-industri yang memiliki ketergantungan terhadap gas sebagai bahan baku ataupun energi dapat memperoleh harga gas industri maksimal 6 dollar AS per juta metrik british thermal unit (MMBTU).
”Ini suatu hal yang luar biasa. Jadi kita harus bangga dan optimistis, dengan memiliki Presiden seperti itu tentunya harus yakin. Makanya, saya ketika berbicara di depan media selalu mengatakan target-target yang tertinggi,” kata Agus.
Sebagai gambaran, Kemenperin memproyeksikan pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas tahun 2019 sebesar 4,48 persen (asumsi rendah) dan 4,60 persen (asumsi tinggi). Pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas tahun 2020 diproyeksikan 4,80 persen (asumsi rendah) dan 5,30 persen (asumsi tinggi).
Sebelumnya, Ketua Bidang Industri Asosiasi Pengusaha Indonesia Johnny Dharmawan mengatakan, pengelolaan secara tepat potensi yang dimiliki menjadi penting bagi Indonesia untuk melangkah ke negara industri.
Penguatan industri di Indonesia dinilai membutuhkan pendalaman terutama di industri logam, industri petrokimia, dan industri agro. Apindo menaruh harapan besar terhadap keseriusan melakukan pendalaman industri untuk membangun industri secara berkelanjutan tersebut.
”(Hal ini) Karena membangun industri itu bukan, kok, sekarang mendirikan pabrik dan besok langsung jualan. Industri itu butuh waktu dan butuh milestone, tahapan-tahapan, supaya industri terus berkembang ke depan,” kata Johnny.
Pengelolaan secara tepat potensi yang dimiliki menjadi penting bagi Indonesia untuk melangkah ke negara industri.
Terkait investasi, menurut Johnny, kepastian hukum menjadi faktor kunci yang berpengaruh besar terhadap minat investor masuk ke Indonesia. Upaya membangun industri—melalui hilirisasi dan huluisasi—memerlukan investasi. Investasi dimaksud bermanfaat dalam mendorong substitusi impor, menyerap tenaga kerja, dan mendongkrak ekspor.
Merujuk data Badan Koordinasi Penanaman Modal yang diolah Kemenperin dengan mengacu kurs tahun 2019, 1 dollar AS setara Rp 15.000, nilai investasi sektor industri sepanjang Januari-September 2019 tercatat Rp 1.216,2 triliun.
BPS mendata ekspor industri pengolahan sepanjang Januari-November 2019 senilai 115,7 miliar dollar AS atau 75,57 persen dari total ekspor nasional yang 153,11 miliar dollar AS. Pada Agustus 2019 terdata sebanyak 126,51 juta orang penduduk Indonesia bekerja dengan 14,96 persen di antaranya bekerja pada lapangan pekerjaan industri pengolahan. (CAS)