Kementerian Koperasi dan UKM menjalin kerja sama dengan Kedutaan Besar Indonesia di Austria untuk memanfaatkan peluang pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah. Produk UMKM didorong untuk membidik pasar Austria.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menjalin kerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Austria. Kerja sama dijalin untuk memanfaatkan peluang yang ditawarkan United Nations Industrial Development Organization atau UNIDO dalam digitalisasi usaha mikro, kecil, dan menengah.
"Di UNIDO ada program yang menyediakan bantuan teknis untuk digitalisasi UKM," kata Duta Besar Indonesia untuk Austria, Darmansjah Djumala di Jakarta, Jumat (17/1/2020).
Bantuan teknis UNIDO dimaksudkan untuk mendesain dan mengembangkan peranti lunak untuk memaparkan penggunaan aplikasi teknologi bagi UMKM, termasuk dalam memasarkan produknya.
Pada kesempatan itu, Djumala menyampaikan beberapa kemungkinan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia untuk pameran di Wina, Austria. Posisi Austria dinilai strategis karena berada di tengah-tengah Uni Eropa dan berpotensi menarik kunjungan dari seluruh negara di kawasan tersebut.
"Saya mengundang atau mendorong UMKM Indonesia untuk pameran di Wina, yakni pameran bidang mebel dan industri produk kayu serta pameran bidang gastronomi," ujarnya.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menunjukkan produk UKM, seperti beras hitam dan aromatik dalam kemasan yang menurut Djumala belum pernah dipamerkan di Wina.
"Saya kira ini kesempatan baik untuk memperkenalkannya di pasar Uni Eropa pada September (2020) nanti. Sementara untuk pameran mebel dan produk kayu di bulan Maret," kata Djumala.
Menurut Teten, digitalisasi menjadi salah satu prioritas untuk memperluas pasar UMKM. "Jumlah pelaku UMKM di Indonesia sangat besar sehingga kami memang harus memperbanyak kerjasama, mencari dukungan-dukungan teknis, termasuk dari internasional," kata Teten.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2018, jumlah usaha mikro tercatat 63.350.222 unit atau 98,68 persen dari total jumlah unit usaha di Indonesia. Jumlah usaha kecil sebanyak 783.132 unit (1,22 persen), usaha menengah 60.702 unit (0,09 persen), dan usaha besar 5.500 unit (0,01 persen).
Teten mengatakan, dirinya mendapat tugas dari Presiden Joko Widodo untuk mendorong ekspor UMKM. Terkait hal itu, pengetahuan mengenai jenis permintaan dan pembeli di pasar dunia penting untuk memasarkan produk UMKM.
"Kami sudah meminta para duta besar supaya ada market intelligence. Kami di sini akan membuat e-katalog produk UMKM sehingga bisa dijalinkan secara bisnis," kata Teten.
Kementerian Perindustrian menyebutkan, ada pemetaan 15 sektor yang diprioritaskan pengembangannya untuk mendongkrak kinerja ekspor. Sektor itu adalah industri pengolahan minyak kelapa sawit dan turunannya; industri makanan; industri kertas dan barang dari kertas; industri karet remah, ban, dan sarung tangan karet; industri kayu dan barang dari kayu; serta industri tekstil dan produk tekstil.
Selain itu, industri alas kaki; industri kosmetik, sabun, dan bahan pembersih; industri kendaraan bermotor roda empat; industri kabel listrik; industri pipa dab sambungan pipa dari besi; industri alat mesin pertanian; industri elektronika; industri perhiasan; dan industri kerajinan.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam beberapa kesempatan mengatakan kontribusi penting sektor industri pengolahan bagi perekonomian; termasuk dari sisi ekspor.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ekspor produk industri pengolahan periode Januari-Desember 2019 senilai 126,57 miliar dollar AS atau 75,5 persen terhadap total ekspor nasional yang 167,53 miliar dollar AS.