Menanti ”Pilot” Baru Garuda Indonesia
Rapat umum pemegang saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang akan digelar Rabu (22/1/2020) akan memutuskan direktur utama baru Garuda. Sosok yang dipilih diharapkan berkapasitas dan tak kalah penting berintegritas.
Persoalan seperti tak henti-henti menerpa PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sepanjang 2019. Dengan pimpinan baru yang akan dipilih dalam rapat umum pemegang saham, Rabu (22/1/2020) besok, diharapkan akan membuka lembaran baru bagi maskapai penerbangan berplat merah tersebut.
Sepanjang 2019, Garuda Indonesia mencatatkan sejumlah peristiwa yang menjadi sentimen negatif bagi publik. Ini seperti kesalahan dalam pembuatan laporan keuangan, konflik dengan pemberi pengaruh di media sosial (influencer), hingga penyelundupan motor Harley Davidson dan sepeda Brompton.
Peristiwa-peristiwa itu terjadi di bawah pimpinan mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Askhara yang ditunjuk melalui rapat umum pemegang saham luar biasa pada 12 September 2018.
Awal 2019, Garuda Indonesia menimbulkan kegaduhan melalui laporan keuangan 2018 yang dipaparkan secara terbuka. Dalam laporan keuangan itu, perusahaan disebutkan membukukan laba sebesar 5,02 juta dolllar Amerika Serikat (AS) sepanjang 2018. Padahal, pada triwulan III-2018, Garuda Indonesia mengalami rugi 114,08 juta dollar AS.
Baca juga: Garuda Indonesia Diminta Menjaga Kepercayaan Publik
Secara terperinci, laba itu disebutkan berasal dari pendapatan yang mencantumkan piutang dan kompensasi Sriwijaya terkait layanan konektivitas dalam penerbangan. Pada saat itu, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Fuad Rizal melalui siaran pers menyatakan, pelaporan pendapatan itu tidak melanggar Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 23 karena pendapatan dapat dibukukan sebelum kas diterima secara substansial (Kompas, 1/5/2019).
Namun, karena ada kejanggalan dalam laporan keuangan itu, pemerintah meminta Garuda mengecek ulang. Direksi Garuda Indonesia pun merevisi laporan keuangan tersebut. Hasilnya, Garuda Indonesia sebenarnya rugi sebesar 175 juta dollar AS sepanjang 2018 (Kompas, 26/7/2019).
Baca juga: Pembukuan Direvisi, Garuda Indonesia Rugi Rp 245 Triliun
Konflik konsumen
Menjelang pertengahan 2019, Garuda Indonesia kembali diterpa persoalan. Kali ini, perusahaan berkonflik dengan konsumen yang merupakan seorang influencer bernama Rius Vernandes.
Konflik bermula dari unggahan video Rius di Youtube pada 14 Juli 2019 yang menceritakan dirinya mendapatkan daftar menu yang ditulis tangan di atas selembar kertas pada penerbangan kelas bisnis.
Setelah video itu terunggah di akun Youtube pribadinya, Rius mengunggah foto dua amplop cokelat yang berasal dari kepolisian. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bandara Soekarno-Hatta Ajun Komisaris A Alexander Yurikho menyatakan, amplop itu berupa surat panggilan yang ditujukan pada Rius dan rekannya, Elwiyana Monica, berdasarkan laporan dari Garuda Indonesia (Kompas, 16/7/2019).
Baca juga: Garuda Dinilai Tak Tepat Tanggapi Kritik Penerbangan
Respons Garuda itu pun menuai kritik berbagai pihak. Salah satunya dari Presiden Direktur Aviatory Indonesia Ziva Narendra. Dia menilai, perusahaan maskapai sebagai salah satu pemain industri penerbangan mesti siap menghadapi kritik dari konsumen, apalagi di dalam negara yang menganut sistem demokrasi. Penyelesaian kritik dari konsumen sebaiknya diprioritaskan melalui ranah customer service korporasi.
Konflik konsumen ini selesai secara kekeluargaan dan manajemen Garuda Indonesia memastikan pelaporan terhadap Rius tidak berlanjut. Penyelesaian ini disaksikan oleh pengacara Hotman Paris Hutapea dan Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi (Kompas, 20/7/2019).
Penyelundupan
Menjelang penghujung 2019, persoalan lebih besar menimpa Garuda. Saat itu, Garuda tersandung kasus penyelundupan motor bekas Harley Davidson dan sepeda lipat Brompton.
Motor dan sepeda itu diangkut dengan pesawat Airbus A330-900 Neo, yang baru didatangkan dari Perancis pada 17 November 2019. Kedua barang selundupan itu telah dibongkar dan dimasukkan ke dalam kardus.
Kementerian Keuangan menyatakan, potensi kerugian negara akibat penyelundupan tersebut berkisar Rp 532 juta-Rp 1,5 miliar. Berdasarkan penelusuran, harga motor bekas Harley Davidson mencapai Rp 200 juta-Rp 800 juta per unit, sedangkan sepeda baru Brompton Rp 50 juta-Rp 60 juta (Kompas, 5/12/2019).
Baca juga: Ketidaktaatan Terjadi Terstruktur di Garuda Indonesia
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyayangkan kasus penyelundupan ini karena pemerintah sedang giat-giatnya menegakkan tata kelola korporasi yang baik dalam BUMN. Dia menilai, kasus penyelundupan tersebut mencerminkan ketidaktaatan Garuda Indonesia terjadi secara terstruktur.
Kasus penyelundupan motor Harley Davidson dan sepeda Brompton berujung pada pencopotan Ari Askhara dari jabatannya sebagai direktur utama. Fuad Rizal kemudian ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Tbk).
Penumpang turun
Selain persoalan itu, di penghujung 2019, Garuda Indonesia juga menggelar paparan publik terkait kinerja korporasi hingga triwulan III-2019, yang salah satunya menunjukkan penurunan jumlah penumpang sebesar 20,6 persen dibandingkan triwulan III-2018.
Pada triwulan III-2018, penumpang Garuda Indonesia tercatat sebanyak 10,3 juta penumpang, sedangkan pada triwulan III-2019 sebanyak 8,2 juta penumpang.
Meskipun demikian, kenaikan harga tiket penumpang pada periode tersebut mencapai 23,2 persen.
Dari pergerakan jumlah penumpang dan harga tiket tersebut, Garuda Indonesia mencatatkan pendapatan usaha mencapai 1,34 miliar dollar AS pada triwulan III-2019. Angka pendapatan ini tumbuh 10,3 persen dibandingkan triwulan III-2018.
Hal positif lainnya, pergerakan nilai saham Garuda Indonesia dengan kode emiten GIAA di bursa efek sepanjang 2019 bergerak di zona hijau. Indeks saham Garuda Indonesia dibuka pada awal tahun dengan nilai 300 poin dan ditutup pada akhir tahun di posisi 498 poin.
Menurut Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee, kondisi di pasar saham itu menunjukkan pasar mengekspektasikan sosok direktur utama yang dipilih adalah sosok yang mampu menerapkan tata kelola perusahaan yang baik dalam Garuda.
”Sosok ini juga mesti memahami bisnis penerbangan sehingga ada diversifikasi usaha dalam Garuda Indonesia,” katanya saat dihubungi, Senin (20/1/2020) malam.
Sebelumnya, Garuda Indonesia telah menorehkan sejumlah prestasi hingga di tingkat internasional. Pada 8 Desember 2016, Garuda Indonesia meraih penghargaan The Most Loved Airlines dari SkyTrax.
Garuda Indonesia juga mendapatkan penghargaan The World\'s Best Cabin Crew dari SkyTrax. Penghargaan ini diberikan pada Juli 2018.
Komitmen berbenah
Pasca-pencopotan Ari Askhara, Fuad Rizal yang ditunjuk menjadi ”pilot” sementara Garuda Indonesia telah berkomitmen untuk membuat Garuda lebih baik. Hal itu antara lain memberikan pelayanan prima pada pelanggan dan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.
Baca juga: Ini Langkah Konkret Garuda Indonesia Menyehatkan Kinerja Perusahaan
Pakar Penerbangan dari Ikatan Alumni Jerman sekaligus mantan Regional Sales Director Airbus Jerman Henry Tedjadharma mengatakan, penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam Garuda sangat penting.
”Implementasi hal tersebut dapat menguatkan compliance (kepatuhan) sekaligus menguatkan kinerja,” katanya.
Menurut Henry, ada enam pilar yang penting dalam mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik. Keenam pilar itu terdiri atas proteksi hak pemegang saham, visi-misi dan tujuan perusahaan, peran dan fungsi komisaris dan direksi, sistem manajemen informasi, sistem manajemen risiko, serta sumber daya manusia dan sistem kinerja yang terbuka dan adil.
Dalam hal sistem manajemen risiko, misalnya, Civil Aviation Safety Regulation (CASR) menjadi pedoman utama. Prinsip keselamatan dan keamanan penerbangan mesti menjadi prioritas.
Baca juga: Sosok Berintegritas Jadi Kunci Transformasi BUMN
Kemudian, dalam membuat rute penerbangan tidak boleh berdasarkan kepentingan individu, melainkan kepentingan korporasi yang berdasarkan analisis pasar, kepadatan lalu lintas udara, dan pengembangan bisnis.
Muara penerapan tata kelola perusahaan yang baik dalam industri penerbangan, menurut Henry, terdapat pada keterbukaan informasi terkait aksi korporasi secara akurat kepada publik. Publik pun mendapatkan laporan kinerja keuangan maupun non-keuangan yang mengedepankan prinsip akuntabilitas, tanggung jawab, transparansi, dan keadilan.
Masih ada satu hari sebelum ”pilot” baru Garuda dipilih. Sosok direktur utama yang dipilih tentunya diharapkan memiliki kapasitas dan tak kalah pentingnya berintegritas. Dan siapa pun yang terpilih, mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik menjadi pekerjaan rumah yang utama.