Pelaku Pasar Cemaskan Penyebaran Wabah Virus Korona
Isu geopolitikal menjadi pertimbangan pelaku pasar regional Asia saat ini untuk melakukan transaksi di pasar saham. Hal ini terutama terjadi akibat kecemasan investor terhadap penyebaran wabah virus korona.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Isu geopolitikal menjadi pertimbangan pelaku pasar regional Asia saat ini untuk melakukan transaksi di pasar saham. Hal ini terutama terjadi akibat kecemasan investor terhadap penyebaran wabah virus korona di berbagai belahan dunia.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee memandang penyebaran wabah virus korona menjadi perhatian utama dunia. Pasar saham regional Asia dan global sempat tertekan karena kekhawatiran pelaku pasar terhadap penyebaran wabah virus tersebut.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (27/1/2019) ditutup melemah 110,9 poin atau 1,78 persen dari penutupan hari sebelumnya ke level 6.133,21.
Mayoritas pasar bursa Asia belum beroperasi karena perayaan tahun baru Imlek. Namun, pasar bursa yang sudah mulai beroperasi, seperti SET Index Thailand, jeblok 44,72 poin atau 2,8 persen ke level 1.542,48.
Pada hari perdagangan terakhir sebelum libur Imlek, yakni pada Kamis (23/1/2019), bursa saham regional Asia sudah berguguran, di antaranya Shanghai Composite Index China anjlok 2,75 persen, Hang Seng Hong Kong turun 0,36 persen, dan Kospi Korea melemah 0,93 persen.
Hans menilai keputusan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang belum mengategorikan wabah virus korona sebagai keadaan darurat global tetap tidak mampu menenangkan pasar. Terlebih, per Jumat (24/1/2019) dilaporkan jumlah kasus sudah mencapai 830 orang dengan 25 orang meninggal.
Adanya tindakan cepat oleh Pemerintah China untuk menahan penyebaran virus pernapasan ini dengan menghentikan perjalanan masuk dan keluar dari kota Wuhan, tempat virus korona berasal, juga tidak cukup untuk meredam kekhawatiran investor.
”Keyakinan bahwa wabah yang terjadi tidak mengakibatkan pandemi yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi global mulai goyah. Ditambah lagi pada tahun baru Imlek banyak warga dunia melakukan perjalanan lintas negara,” kata Hans.
Senada dengan Hans, analis Bahana Sekuritas, Muhammad Wafi, menilai, isu geopolitikal, khususnya penyebaran virus korona yang sudah terjadi di 13 negara, menjadi pemicu terbatasnya pergerakan indeks bursa saham di regional Asia.
”Investor masih mengamati penyebaran virus ini serta memperhitungkan kemungkinan apabila penyebaran wabah ini bisa menyebabkan guncangan ekonomi global,” ujarnya.
Wafi menambahkan, respons dari pemerintah setiap negara dalam mengantisipasi penyebaran wabah ini juga memengaruhi persepsi investasi. Sejumlah bandara dan pelabuhan di Tanah Air semakin selektif dalam melakukan pemeriksaan kesehatan, terutama suhu tubuh, bagi warga negara asing dan warga negara Indonesia dari luar negeri.
”Berdasarkan data terakhir, negara Asia selain China yang telah terjangkit virus tersebut di antaranya Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam,” katanya.
Selain penyebaran virus korona, Wafi menuturkan, investor juga tengah mengamati laporan keuangan triwulan IV-2019 tahunan yang dirilis emiten. Sejumlah emiten masih akan melaporkan kinerja keuangan keseluruhan 2019. Kondisi inilah yang membuat investor menunggu untuk memutuskan masuk ke instrumen portofolio Indonesia selain kekhawatiran akan penyebaran virus korona.