Strategi Investasi Jadi Kunci Kenaikan Laba PT Taspen
Perusahaan pengelola tabungan dan asuransi pegawai negeri, PT Taspen (Persero), mencetak laba bersih Rp 388,24 miliar pada 2019. Laba bersih itu tumbuh 42,97 persen dibandingkan Rp 271,55 miliar pada 2018.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan pengelola dana tabungan hari tua dan asuransi pegawai negeri, PT Taspen (Persero), mencetak laba bersih Rp 388,24 miliar pada 2019. Laba bersih itu tumbuh 42,97 persen dari Rp 271,55 miliar pada 2018 karena dipacu strategi investasi yang tepat.
Hal itu disampaikan Direktur Utama Taspen, yang baru terpilih, Antonius N Steve Kosasih, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (27/1/2020). ”Laba perusahaan mengalami lonjakan besar karena strategi investasi yang prudent, pendapatan premi yang baik, dan efisiensi biaya,” ujar pria yang kerap disapa Kosasih itu.
Laba bersih itu didapat dari 5 persen imbal hasil investasi dana kelola yang sudah dipotong pajak. Sampai tahun lalu, Taspen diberi kepercayaan Kementerian Keuangan untuk mengelola iuran pensiun sampai sekitar Rp 150 triliun dari 7 juta pegawai pemerintah.
Dana yang mereka kelola diinvestasikan ke berbagai instrumen investasi. Mayoritas dana ditempatkan pada instrumen yang dapat memberikan pendapatan tetap, yaitu surat utang (67,5 persen) dan deposito (18,7 persen). Untuk menjaga likuiditas, dana itu sebagian besar diinvestasikan di bank badan usaha milik negara (BUMN) dan bank pembangunan daerah.
Selain itu, Taspen juga memiliki portofolio reksadana (6,7 persen), saham (4,9 persen), investasi langsung (2,2 persen), dan reksadana saham (1,3 persen). Taspen memilih saham-saham emiten yang sebagian besar terdaftar pada indeks LQ-45 dan saham BUMN unggulan (bluechip).
Saham yang dipilih antara lain saham PT Bank Central Asia (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero/BBRI), dan PT Unilever Indonesia (UNVR). Dalam lima tahun terakhir, Taspen mendapatkan Rp 3,5 miliar dari capital gain dan deviden. Pada 2019, hasil investasi saham itu mencapai Rp 1 triliun.
”Pada 2019, kami melakukan dua hal. Pertama, kami banyak menyeimbangkan aset dengan mengganti aset yang tidak terlalu menghasilkan. Kedua, saham dan obligasi yang kami pilih juga membaik tahun 2019. Taspen pun masih mampu memenuhi kewajiban jangka pendek dan panjang,” tuturnya.
Pada 2020, Taspen optimistis laba bersih bisa mencapai di atas Rp 400 miliar. Pendapatan perusahaan (revenue) ditargetkan tumbuh di atas pertumbuhan perusahaan asuransi lain, yang rata-rata 6-7 persen. Pada tahun lalu, Taspen tercatat membukukan pendapatan Rp 19,28 triliun atau naik 16,63 persen dibanding Rp 16,53 triliun di 2018.
Kinerja positif Taspen juga terlihat pada pertumbuhan aset yang naik sebesar Rp 31,38 triliun (13,53 persen) menjadi Rp 263,25 triliun di 2019 dari Rp 231,87 triliun di 2018. Sementara itu, ekuitas tumbuh 17,5 persen menjadi sebesar Rp 11,4 triliun dari Rp 9,7 triliun pada 2018.
Tata kelola
Pada kesempatan yang sama, Komisaris Utama Taspen Franky Sibarani berkomentar, kinerja keuangan Taspen yang positif menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah menjalankan tata kelola yang baik. Hal itu, menurut dia, mampu dibuktikan Taspen di tengah perlambatan ekonomi global dan isu krisis perusahaan asuransi milik BUMN.
”Kami selaku dewan komisaris menilai direksi sudah berupaya memenuhi target yang dicanangkan pemegang saham. Selama tiga tahun berturut-turut, laporan keuangan Taspen selalu mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian oleh dari kantor akuntan publik yang kredibel,” katanya.