Dua Hari Perdagangan Beruntun, Korona Bikin Laju IHSG Tertahan
Merebaknya virus korona baru atau ”novel coronavirus/2019-nCoV” mulai membuat cemas investor pasar saham dalam negeri. Total dalam dua hari di awal pekan ini IHSG sudah terpangkas sebanyak 132,92 poin.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Merebaknya virus korona baru atau novel coronavirus/2019-nCoV mulai membuat cemas investor pasar saham dalam negeri. Kondisi tersebut tecermin dari tertahannya pergerakan harga saham dalam dua hari perdagangan beruntun.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin dan Selasa (28/1/2019) ditutup di zona merah. Di akhir perdagangan, IHSG merosot 0,36 persen atau 22,02 poin ke level 6.111,18. Total dalam dua hari di awal pekan ini IHSG sudah terpangkas sebanyak 132,92 poin.
Kepala Riset Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan, prospek pertumbuhan ekonomi yang masih melambat serta penyebaran virus korona baru memantik kekhawatiran investor pasar modal. Investor cemas bila penyebaran virus itu bakal seperti virus SARS yang mewabah 17 tahun lalu.
”Kekhawatiran investor kian tumbuh terhadap prospek perlambatan ekonomi dan mengingatkan kembali akan dampak dari virus SARS 17 tahun silam,” ujarnya.
Total dalam dua hari di awal pekan ini IHSG sudah terpangkas sebanyak 132,92 poin.
Kekhawatiran investor terhadap penyebaran virus korona yang bermula dari Wuhan, China, ini menyelimuti aktivitas transaksi perdagangan pasar modal. Kondisi ini tecermin dari aksi jual investor asing di sepanjang perdagangan hari ini yang tercatat mencapai Rp 469,61 miliar.
Kendati aktivitas perdagangan diselimuti kekhawatiran terhadap penyebaran virus korona, Lanjar mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih terhadap sejumlah saham, antara lain saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Central Asia Tbk yang jika diakumulasi mencapai Rp 161,15 miliar.
”Aksi beli bersih yang dilakukan investor asing ini sebagai respons dari aspek fundamental dan kinerja dari kedua emiten di sepanjang 2019,” kata Lanjar.
Kondisi ini tecermin dari aksi jual investor asing di sepanjang perdagangan hari ini yang tercatat mencapai Rp 469,61 miliar.
Hal senada disampaikan analis Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christoper Jordan. Menurut dia, penyebaran virus tersebut memicu kekhawatiran investor global. Pada waktu yang sama, pasar modal kekurangan katalis positif dari dalam negeri.
”IHSG ditutup melemah karena masih minimnya sentimen dari dalam negeri. Pergerakan IHSG semakin terhambat karena secara global kecemasan investor akan penyebaran virus korona makin meluas,” kata Dennies.
Terlalu dini
Direktur Mandiri Sekuritas Silva Halim menilai, terlalu dini bila harus membuat kesimpulan bahwa virus korona bakal mengganggu perdagangan pasar modal. Dampak sentimen ekonomi penyebaran virus tersebut di pasar Tanah Air akan minim karena letak geografis Indonesia yang cukup jauh dari China.
Di sisi lain, dia berharap agar antisipasi penyebaran virus bisa dilakukan secara optimal oleh pemerintah. Pasalnya, dalam sepekan terakhir investor global memang tengah mencermati penanganan penyebaran virus korona.
”Tetapi, masih terlalu awal jika harus membuat kesimpulan bahwa virus itu akan mengganggu pergerakan pasar dalam negeri. Secara umum, minat investor masih tinggi terhadap aset-aset asal Indonesia,” ujarnya.
Masih terlalu awal jika harus membuat kesimpulan bahwa virus itu akan mengganggu pergerakan pasar dalam negeri. Secara umum, minat investor masih tinggi terhadap aset-aset asal Indonesia.
Silva mencontohkan, kegiatan penggalangan dana yang dilakukan Mandiri Sekuritas selaku penjamin emisi melalui penerbitan surat utang global masih berjalan lancar.
”Sepanjang Januari 2020, tim kami banyak mengerjakan transaksi global bond issuance. Ini menunjukkan minat investor yang sangat tinggi terhadap Indonesia,” ujarnya.