Pemerintah Indonesia mengantisipasi terhadap kemungkinan virus korona masuk ke Indonesia. Alat pemindai panas tubuh disiapkan di bandara dan pelabuhan. Dari sisi perekonomian, kinerja ekspor dan impor bisa terdampak.
Oleh
NAD/MED/JUD/DIM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS--Hingga kini, baru penerbangan dari dan menuju Wuhan, China, yang dihentikan. Selama ini, di Indonesia, ada 4-7 penerbangan dari dan ke Wuhan yang dilayani 2 operator.
Adapun secara keseluruhan, ada 7 kota di Indonesia yang terhubung ke kota-kota di China, yakni Jakarta, Denpasar, Manado, Batam, Semarang, Solo, dan Surabaya.
"Untuk ke kota-kota lain (di China) kita tetap melakukan penerbangan. Hanya saja kalau ada penumpang yang datang dari sana ke sini, akan dilakukan prosedur pemeriksaan tertentu," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi seusai rapat koordinasi (rakor) bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Menteri Pariwisata Wishnutama Kusubandio, Senin (27/1/2020), di Jakarta.
Menurut Budi Karya, berkaca dari sikap negara-negara lain, seperti Singapura, yang tetap menerima kedatangan atau penerbangan dari China, demikian pula RI. Pertimbangan lain adalah perkembangan tingkat kebahayaan oleh Badan Kesehatan dunia (WHO).
Di dalam rakor diungkapkan, baik di bandara maupun pelabuhan telah disiapkan tenaga dan prosedur pemeriksaan terhadap angkutan yang datang dari China. Di 15 bandara yang dikelola PT Angkasa Pura I (Persero), ada 3 bandara internasional yang memiliki penerbangan langsung ke China. Sementara, 8 bandara lain terhubung tidak langsung.
Dari 2,7 juta orang turis dari China yang masuk ke Indonesia melalui bandara yang dikelola AP I dalam setahun, sebanyak 2,4 juta orang di antaranya masuk lewat Denpasar. Penanganan yang dilakukan, menyediakan pengecekan dengan alat pemindai panas tubuh.
Demikian pula di 19 bandara yang dikelola PT Angkasa Pyra II (Persero), ada 3 bandara yang menjadi fokus, yakni Soekarno Hatta, Halim Perdanakusuma, dan Kualanamu. Di 19 bandara itu sudah dipasang alat pemindai suhu tubuh.
Untuk pelabuhan, yang diperhatikan adalah lokasi kedatangan kapal pesiar, seperti di Manado, Sulawesi Utara.
Sementara itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menegaskan, pihaknya tidak memiliki kapasitas melarang warga negara asing, termasuk wisatawan asal China, berwisata ke Indonesia. Pemerintah mengantisipasi dengan kewaspadaan tinggi untuk mencegah penularan virus korona di Indonesia.
Pelaksana Tugas Kepala Biro Humas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Guntur Sakti, Senin, di Jakarta, menjelaskan, Kementerian Luar Negeri mengeluarkan imbauan kepada WNI yang akan bekerja ke China dan sekitarnya untuk mengantisipasi virus korona.
“Imbauan agar warga negara Indonesia hati-hati melakukan perjalanan ke suatu negara merupakan kewenangan Kementerian Luar Negeri,” ujarnya.
Ekspor-impor
Sementara itu, perekonomian nasional berpotensi terdampak penyebaran virus korona. Potensi dampak secara tak langsung muncul karena China merupakan tujuan ekspor terbesar Indonesia.
Penyebaran virus korona bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi di China secara jangka panjang yang berpotensi menyebabkan permintaan China terhadap barang dari Indonesia menurun.
”Saat ini belum ada dampak yang terlihat (terhadap kegiatan ekspor-impor). Dampak pada ekspor dapat terlihat pada enam bulan mendatang,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Indrasari Wisnu Wardhana di Jakarta, Senin.
Dalam kegiatan importasi, tambah Wisnu, pemerintah meningkatkan koordinasi sebagai langkah antisipasi. Dia berkoordinasi dengan Badan Karantina Pertanian, utamanya untuk meninjau dampak terbawanya virus korona pada produk-produk pertanian.
Dampak pada ekspor dapat terlihat pada enam bulan mendatang
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ekspor nonmigas RI ke China pada 2019 sebesar 25,852 miliar dollar AS atau 16,68 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia pada 2019. (NAD/MED/JUD/DIM)