Impor Terganggu, Momentum Dorong Produksi dan Konsumsi Buah Lokal
Merebaknya kasus virus korona di Wuhan, China, menyebabkan peningkatan kewaspadaan terhadap kegiatan importasi, termasuk buah-buahan. Ini dapat menjadi momentum untuk mendorong produksi dan konsumsi buah-buahan lokal.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Merebaknya kasus virus korona di Wuhan, China, menyebabkan peningkatan kewaspadaan terhadap kegiatan importasi, termasuk buah-buahan. Hal ini dapat menjadi momentum untuk mendorong produksi dan konsumsi buah-buahan dalam negeri.
Ketua Asosiasi Hortikultura Nasional Anton Muslim menyatakan, pelaku usaha, termasuk importir, meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penyebaran virus korona dalam kegiatan impor buah-buahan dari China. ”Sejumlah importir melaporkan adanya penundaan kegiatan impor buah-buah dari China. Namun, ini menjadi momentum bagi buah-buahan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” katanya saat dihubungi, Rabu (29/1/2020)
Anton mengatakan, Indonesia biasanya mengimpor jeruk dan anggur. Pelaku usaha pun berkesempatan mencari alternatif sumber impor dari negara-negara lain, tetapi mesti yang tidak memiliki kasus virus korona pada saat ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor buah-buahan Indonesia dari China sepanjang Januari-Desember 2019 mencapai 814,22 juta dollar Amerika Serikat (AS). Nilai ini tumbuh 9,83 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
China merupakan salah satu mitra utama perdagangan Indonesia. Berdasarkan data BPS, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke China sepanjang 2019 mencapai 25,85 miliar dollar AS, sedangkan nilai impor nonmigasnya 44,57 miliar dollar AS.
Segera melapor
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengimbau masyarakat untuk segera melaporkan gejala peningkatan kasus penyakit pada hewan dan satwa liar. Imbauan ini dinyatakan dalam rangka kewaspadaan penularan virus korona dari hewan ke manusia.
Ketut juga menginstruksikan kepada balai veteriner di seluruh Indonesia untuk menginvestigasi laporan masyarakat tersebut. Kasus-kasus yang diduga berkaitan dengan infeksi virus korona harus menjadi sorotan.
Ketut menilai, balai veteriner telah mampu mendeteksi virus-virus baru pada hewan, salah satunya virus korona. ”Kami juga meminta jajaran di sektor kesehatan hewan untuk berkoordinasi dengan dinas kesehatan dan otoritas yang menangani satwa liar setempat apabila terdapat laporan kasus yang menunjukkan gejala klinis pneumonia pada manusia,” tuturnya melalui siaran pers.
Mewaspadai Asia
Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia per 28 Januari 2020, kasus virus korona pada manusia telah ditemukan di sejumlah kawasan Asia, seperti, Jepang, Korea, Vietnam, Singapura, Malaysia, Kamboja, Thailand, Nepal, dan Sri Lanka. Dari segi dampak penyebaran virus korona terhadap perekonomian, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berpendapat, Indonesia mesti waspada terhadap Asia dengan meninjau pola penyebaran dan potensi penetrasi ke Indonesia.
Oleh sebab itu, Sri Mulyani mengatakan, dunia membutuhkan kejelasan yang terperinci terkait proses penularan dan inkubasinya. ”Tanpa adanya kejelasan, dunia akan merespons secara konservatif dan cenderung (mengambil sikap)
wait and see,” katanya saat ditemui di Jakarta, Rabu.
Sri Mulyani juga menyoroti hilangnya momentum pertumbuhan permintaan domestik China pada triwulan I-2020. Signifikansi dampak penyebaran virus korona di China bergantung dari kebijakan yang ditempuh pemerintah setempat.