Di tengah kondisi waspada atas virus korona tipe baru yang merebak di China, impor ikan dari negeri tirai bambu itu meningkat. Produk perikanan dari China diperlukan saat paceklik ikan.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Impor produk perikanan asal China pada Januari 2020 meningkat 15,24 persen dibandingkan dengan Desember 2019. Seiring virus korona tipe baru yang merebak di China, pemerintah dan pelaku usaha di Indonesia meningkatkan kewaspadaan terhadap produk ikan impor.
Berdasarkan data Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), volume impor komoditas perikanan dari China, Taiwan, dan Hong Kong pada Januari 2020 sebanyak 1.968.086,73 kilogram (kg). Jumlah ini meningkat 15,24 persen dibandingkan dengan Desember 2019 yang sebanyak 1.707.774 kg.
Impor komoditas perikanan pada Januari 2020 didominasi bahan pembuat pakan, pakan ikan buatan, ikan segar, dan ikan beku.
Ketua Harian Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (Apiki) Ady Surya mengemukakan, industri pengalengan ikan membutuhkan impor ikan asal China untuk memenuhi 20 persen bahan baku sarden pada musim paceklik.
Kebutuhan bahan baku untuk industri pengalengan ikan terdiri dari sarden dan makerel sebanyak 325.000 ton per tahun serta tuna dan cakalang sebanyak 365.000 ton per tahun. Dari kebutuhan bahan baku sarden itu, sekitar 20 persen di antaranya diimpor dari China. Adapun 100 persen ikan makerel diimpor dari Jepang dan China.
Ady menuturkan, pihaknya menunggu arahan Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Perindustrian mengenai langkah yang perlu diambil industri pengalengan ikan. “Sementara ini kami akan ekstra hati-hati,” katanya, Rabu (28/1/2020), di Jakarta.
Saat ini, kata Ady, pasokan bahan baku lokal untuk sarden memadai sehingga belum ada kebutuhan impor.
Kami akan ekstra hati-hati.
Sekretaris BKIPM-KKP Hari Maryadi, saat dihubungi di Jakarta, Rabu, menyampaikan, pemerintah belum berencana membatasi impor komoditas perikanan sepanjang belum ada kepastian dari hasil penelitian bahwa ikan bisa menjadi media pembawa virus korona baru.
Sementara Direktur Pemasaran KKP Machmud Sutedja menyebutkan, impor makarel beku dari China sebagai bahan baku pemindangan beberapa bulan terakhir dapat diatasi dengan produksi lokal. Produk lokal untuk ikan pindang menggunakan ikan layang, kembung, dan deho.
Kepala BKIPM-KKP Rina menegaskan, pihaknya akan meminta konfirmasi dari Otoritas Kompeten China atau General Administration of Customs of the People\'s Republic of China (GACC) terkait langkah pencegahan virus korona baru. GACC juga diminta menginformasikan peta dan data penyebaran virus korona pada produk perikanan di China, terutama di Wuhan dan daerah yang berjarak 20 kilometer dari Wuhan.
Sebagian besar produk perikanan dari China yang masuk ke Indonesia berasal dari Pelabuhan Xiamen, yakni sekitar 63,24 persen pada Desember 2019 dan 78,79 persen pada Januari 2020.
Peluang buah-buahan
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Asosiasi Hortikultura Nasional Anton Muslim menyatakan, pelaku usaha, termasuk importir, meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penyebaran virus korona dalam kegiatan impor buah-buahan dari China. ”Sejumlah importir melaporkan penundaan impor buah-buahan dari China. Namun, hal ini jadi momentum bagi buah-buahan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” katanya, Rabu.
Anton menambahkan, Indonesia biasanya mengimpor jeruk dan anggur. Pelaku usaha memiliki peluang mencari alternatif sumber impor dari negara-negara lain, tetapi mesti yang tidak memiliki kasus virus korona seperti saat ini.
Importir melaporkan penundaan impor buah-buahan dari China.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor buah-buahan Indonesia dari China pada Januari-Desember 2019 sebesar 814,22 juta dollar AS atau tumbuh 9,83 persen secara tahunan.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengimbau masyarakat segera melaporkan gejala peningkatan kasus penyakit pada hewan dan satwa liar. (LKT/JUD)